Pengungsi Rohingya

Rohingya dalam Kacamata Kemanusiaan, Panglima Laot Singgung Mata Dunia saat Bantu Tsunami Aceh

Penulis: Firdha Ustin
Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Azwir Nazar dalam Podcast Serambi Spotlight yang tayang secara langsung di kanal YouTube Serambinews.com, Rabu (3/1/2023) dipandu Host Bukhari M Ali, News Manager Serambi Indonesia. 

Rohingya dalam Kacamata Kemanusiaan, Panglima Laot Singgung Mata Dunia saat Bantu Tsunami Aceh

SERAMBINEWS.COM - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Panglima Laot Aceh, Azwir Nazar ikut menyoroti tindakan penolakan warga Aceh terhadap pengungsi Rohingya belakangan ini. Menurutnya, kondisi ini mengingatkan bagaimana mata dunia ikut membantu Aceh saat musibah Tsunami 2004 lalu.

Hal tersebut disampaikan Panglima Laot Aceh, Azwir Nazar dalam program Serambi Spotlight yang tayang pada YouTube Serambinews.com, Rabu (3/1/2024) dipandu host Bukhari M Ali. 

Dia mengatakan, Aceh baru saja memperingati 19 tahun Tsunami pada 26 Desember 2023 lalu, tentu ini menjadi momen untuk merefleksikan bagaimana seluruh dunia membantu Aceh pada saat itu. 

"Kita baru saja peringatan ke-19 tahun Tsunami, ini merupakan tsunami yang dahsyat dan ini tidak bosan-bosannya kita mengulang bahwa ini adalah takdir dari Allah SWT, kemudian Tsunami meluluhlantakkan Aceh, korbannya lebih dari 200 ribu," kata Azwir Nazar.

Karena dasar nurani kemanusiaan, sehingga seluruh dunia pada saat itu ikut membantu Aceh.

"Kemudian muncul nurani kemanusiaan dari seluruh dunia, bangsa-bangsa datang ke Aceh, dari semua negara, dari etnis, warna kulit dan agama yang berbeda datang ke Aceh membantu meringankan sehingga kita rakyat Aceh ini bisa bangkit dari Tsunami," sambungnya. 

Baca juga: Aceh Kenapa Tolak Rohingya, Panglima Laot: Kemakan Opini MEDSOS, Kaum Ibu hingga Milenial Targetnya

Azwir Nazar yang juga penyintas Tsunami Aceh ikut merasakan bagaimana sedihnya masa-masa kelam itu. Dia mengungkap, jika tanpa bantuan masyarakat dunia, mungkin Aceh tidak bisa bangkit seperti sekarang ini.

"Saya merasakan sendiri bagaimana musibah tsunami yang keluarga kita juga habis, hanya tinggal berdua," timpalnya.

Berkaca pada baiknya dunia kepada Aceh saat musibah Tsunami 2004, tentunya ini kata Azwir mengingatkan bahwa pentingnya kita sebagai manusia untuk selalu menimbulkan nurani dan kemanusiaan pada siapa saja yang memerlukan bantuan kita, tak terkecuali pengungsi Rohingya.

"Tentu nurani kemanusiaan ini harus selalu muncul di hati kita ketika kita melihat orang
lain yang mungkin memerlukan bantuan kepada kita," timpalnya dalam podcast berjudul "Rohingya dalam Kacamata Kemanusiaan".

Aceh Kenapa Tolak Rohingya, Panglima Laot : Kemakan Opini di MEDSOS, Kaum Ibu hingga Milenial Targetnya

Sekjen Panglima Laot Aceh, Azwir Nazar atau akrab disapa Teungku Turki mengungkap bahwa penolakan pengungsi Rohingya yang dilakukan warga Aceh baru-baru ini disebabkan oleh pembentukan opini yang sangat masif di media sosial (medsos).

Menurut doktor lulusan Turki itu, adapun pembentukan opini tersebut berupa ujaran kebencian yang dibentuk oleh sekelompok orang lalu disebarkan secara masif berupa flyer hingga video di media sosial.

Pembentukan opini inilah yang kemudian digadang-gadang mempengaruhi psikologi masyarakat sehingga mereka terpengaruh dan muncul rasa tidak ingin menerima dan mengusir pengungsi Rohingya dari Aceh.

"Ini saya lihat ada semacam ujaran kebencian yang masif di media sosial yang kemudian dilakukan oleh perancang komunikasi secara masif terus menerus dengan video, flyer dan sebagainya sehingga akan mempengaruhi psikologi masyarakat," kata Azwir Nazar dalam Podcast Serambi Spotlight yang tayang secara langsung di kanal YouTube Serambinews.com, Rabu (3/1/2023) dipandu Host Bukhari M Ali, News Manager Serambi Indonesia.

Dalam hal ini lanjut Azwir, adapun yang menjadi sasaran dari pembentukan opini ujaran kebencian tersebut didominasi oleh pengguna media sosial diantaranya kaum ibu dan anak milenial.

Ia juga tak menapik mengapa belakangan ini warga di media sosial gencar sekali menolak Rohingya, bahkan sampai mengeluarkan hujatan kasar.

Sementara kaum ibu juga menjadi korban dalam hal ini, dimana kaum ibu ikut keras menolak Rohingya di Aceh, begitu pula dengan kaum milenial yang sampai melakukan aksi demonstrasi di beberapa titik di Aceh.

"Masyarakat ini dihantar pada keinginan pembuat skenario ini supaya dia ikut dan mempengaruhi sikapnya dalam kehidupan bermasyarakat.

Uniknya yang saya lihat, sepertinya sasarannya ada dua yaitu kaum ibu-ibu yang dapat sasaran informasi tadi kemudian anak-anak milenial, ini tentu yang kita hadapi di medsos penolakan yang begitu besar.

Kemudian ada hujatan-hujatan yang luar biasa masifnya, ini mohon maaf sekali kenapa ibu-ibu kita yang ibu rumah tangga yang ikut-ikut?," sambungnya.

Meski saat ini masih ada warga Aceh yang menolak Rohingya, namun pihaknya terus memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa ini soal kemanusiaan.

Terakhir, dia juga berharap kepada pihak luar jangan mudah menilai bahwa Aceh menolak mentah-mentah Rohingya. Ingatlah bahwa Aceh sebelumnya juga pernah menerima dengan baik kedatangan Rohingya ke Aceh.

"Satu hal yang harus kita sampaikan kepada publik Aceh, adilnya bahwa orang Aceh itu sudah pernah menerima Rohingya ini mungkin sejak awal masuknya lebih dari 30 boat ke Aceh, orang Aceh ini menerima dengan lapang dada, menerima dengan begitu indah persaudaraan yang dia tunjukkan, dan itu terjadi di Aceh.

Teman-teman dari luar Aceh harus melihat ini bahwa jangan lihat nolaknya aja, lihat juga saat mereka diterima, tapi tentu akhir-akhir ini orang kan suka yang heboh-heboh, yang woow," pungkasnya.

(Serambinews.com/Firdha Ustin)

Berita Terkini