Panglima Laot Surati Kapal SC Gold Ocean, Ucapkan Terima Kasih atas Penyelamatan Nelayan Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Panglima Laot Aceh, Azwir Nazar menyampaikan ucapan terima kasih kepada kapten kapal dan kru kapal SC Gold Ocean, berbendera Marshall Island.
Ucapan itu disampaikan atas bantukan kemanusiaan yang dilakukan oleh awak Kapal SC Gold Ocean /V7A5661 pada Kamis (13/1/2024).
Pria yang akrab disapa Tgk Turki ini mengatakan, pihaknya mengikuti dengan seksama peristiwa ini dan terharu atras upaya kemanusiaan yang suci yang dilakukan oleh awak Kapal SC Gold Ocean /V7A5661.
Kapal SC Gold Ocean merupakan kapal tanker pengangkut minyak yang berlayar dibawah bendera Marshall Island atau Kepulauan Marshall di Samudera Pasifik.
“Atas nama Panglima Laot Aceh, keluarga dan masyarakat nelayan izinkan kami menyampaikan ucapan apresiasi, penghargaan dan terima kasih kepada kaptain, kru dan perusahan kapal atas kebaikan hati dan kemanusiaan yang tinggi dalam memberikan pertolongan dan perhatian kepada nelayan kami yang mengalami musibah di laut pada 11 Januari 2024,” ucap Tgk Turki dalam surat itu.
Adapaun mereka yang diselamatkan berjumlah tiga orang, yakni Baihaqi (34), Jack Bowie (30) dan Rinal Junaidi (46).
Baca juga: Usai Selamatkan 3 Nelayan Aceh, Kapal Tanker Asing Rela Putar Haluan Kembali ke Sabang
Dia mengatakan, kapal SC Gold Ocean telah menemukan dan menyelamatkan ketiga nelayan itu dari musibah dan terapung selama 11 hari di laut pada pada posisi 06°08.34 N/ 093 51 56 E.
“Mereka telah sampai kembali dengan selamat dalam pangkuan keluarga tercinta di rumah,” ujarnya.
Kapal SC Gold Ocean dibangun pada tahun 2007, dengan daya dukungnya adalah 37320 DWT.
Adapun panjang keseluruhan (LOA) kapal ini adalah 180 meter dan lebarnya 32 meter.
Baca juga: Nelayan Aceh yang Diselamatkan Setelah 11 Hari Terombang-ambing di Laut Ternyata Kapalnya Alami Ini
Sebelumnya diberitakan, Tim SAR Banda Aceh berhasil mengevakuasi 3 nelayan dari Kapal Tanker SC Gold Ocean, Jumat (12/1/2024) dinihari pukul 00:50 WIB.
Mereka sudah terombang-ambing selama belasan hari, dekat Pulau Nikobar, Kepulauan Andaman.
Dini hari kemarin, pukul 01:40 WIB, ketiga nelayan berhasil didaratkan di Pos SAR Pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh.
Selanjutnya mereka diserahkan kepada Panglima Laot Aceh, guna dikembalikan kepada keluarga.
Kepala BASARNAS Banda Aceh, Ibnu Harris Al Hussain menyampaikan, pada Kamis (11/1/2024) Pukul 10.25 WIB, pihak Basarnas Banda Aceh menerima informasi dari Mualim Kapal SC Gold Ocean/V7A5661, bahwa mereka telah menyelamatkan 3 nelayan Aceh.
Selanjutnya Basarnas Banda Aceh melakukan koordinasi untuk membuat rencana operasi dan menentukan titik evakuasi.
Karena titik penyelamatan nelayan sudah sangat jauh dari daratan Aceh, pihak Kapal SC Gold Ocean memutuskan putar haluan untuk kembali ke arah daratan Aceh.
Awak kapal Tanker dan kapal SAR pun menentukan titik pertemuan di tengah laut. Kamis (11/1/2024) malam pukul 22:30 WIB, Tim Rescue Kansar Aceh Bersama Crew KN SAR Kresna dan Potensi SAR berangkat menggunakan Kapal KN SAR Kresna menuju lokasi titik Intercept Medevac.
Pukul 23.45 WIB, Tim SAR gabungan tiba di titik Medevac dan langsung melakukan proses Medevac.
"Pukul 00.50 WIB, Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi korban, seluruhnya dalam keadaan selamat dan langsung dievakuasi menuju Ke Pelabuhan Ulee Lheue," ujar Al Hussain.
Pukul 01.40 WIB, KN SAR Kresna bersama seluruh Tim SAR gabungan tiba di Pelabuhan Ulee Lheue dengan selamat.
Selanjutnya korban langsung diserahkan kepada Panglima Laot.
Untuk diketahui, Tiga nelayan asal Aceh terombang-ambing di tengah laut selama 11 hari, akibat boat mereka kemasukan air dan karam.
Akhirnya, Kamis (11/1/2024) siang, para nelayan yang sudah dalam keadaan lemas ditemukan oleh awak kapal tanker asing di Perairan Andaman, tidak jauh dari Pulau Nikobar.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh, Aliman menjelaskan, saat kejadian yang diperkirakan akhir Desember, ketiga nelayan tersebut sedang dalam perjalanan pulang ke daratan Aceh.
Saat itu tangkapan melimpah, bagian palka sudah berisi penuh ikan.
Tiba-tiba papan kayu dinding kapal lekang dan pecah, akhirnya air pun dengan cepat masuk ke dalam lambung kapal, membuat kapal tenggelam.
“Padahal menurut mereka (nelayan), seng lapisan luar tidak rusak. Memang saat itu di laut sedang agak badai,” ujar Aliman, yang ikut menyambut nelayan bersama Kadis Sosial Aceh, Muslem Yacob.
Beruntungnya, tubuh kapal tidak langsung karam ke dasar laut, tapi hanya tenggelam bagian lambung dan geladak.
Sedangkan bagian rumah kemudi masih berada di atas permukaan air. Ketiga nelayan terlihat hanya berdiri di atas air setinggi paha.
Aliman menceritakan, KM Sultan dengan tiga nelayan sudah berangkat melaut sejak sebelum 26 Desember 2023.
Kemudian pada akhir Desember, karena tangkapan sudah penuh, mereka akhirnya menyudahi pencarian ikan dan mengalami musibah saat perjalanan pulang.
Kata Aliman, berdasarkan informasi nelayan, mereka terombang-ambing sekitar 11 hari di tengah laut, sebelumnya disebutkan selama 14 hari.
Saat terombang-ambing mereka tanpa persedian makanan dan minuman lagi.
Kepala DKP Aceh ini mengungkapkan, sebenarnya sejak awal berangkat mereka sudah terkena badai di laut.
Saat itu mereka sempat berlindung dari badai selama 7 hari di balik Pulo Aceh, kemudian melanjutkan lagi mencari ikan.
Aliman juga meluruskan, sebelumnya disebutkan dua nelayan itu berasal dari Meulaboh dan satu dari Banda Aceh.
Malam kemarin, saat Dinas Sosial Aceh, DKP Aceh dan Panglima Laot ingin mengantar, terungkap jika ketiganya saat ini menetap di Banda Aceh.
Mereka pun sudah diantar kembali berkumpul dengan keluarganya masing-masing.
Kepala DKP Aceh mengimbau kepada nelayan supaya saat akan berangkat melaut agar memeriksa kondisi kapal, memastikan kapal dalam kondisi bagus dan siap mengarungi samudera.
Kemudian, nelayan juga diminta supaya mematuhi imbauan cuaca yang dikeluarkan oleh BMKG.
Ia juga meminta nelayan mematuhi imbauan panglima laot agar tidak pergi laut saat hari peringatan tsunami, karena 26 Desember sudah ditetapkan sebagai hari pantang melaut.
“Kalau pergi melaut nelayan juga tidak boleh lupa membawa life jacket. satu hal lagi yang paling penting, agar melapor dan mendapatkan izin dari Syahbandar perikanan sebelum berangkat melaut,” tutup Aliman. (Serambinews.com/Agus Ramadhan)