Dia merasa tidak tertarik untuk bertemu dan memulai hubungan romantis dengan siapa pun setelah sang istri meninggal.
"Selama tiga tahun, aku menjauhi semua wanita. Aku berusia 98 tahun (saat itu), dan merasa sudah cukup romansa dalam hidupku dan tidak perlu mencarinya," ucapnya.
Kendati demikian, sahabat Terens terus mendorongnya untuk bertemu Swerlin dan memberikan kesempatan.
Baca juga: Kisah Padmarajan, Pria India yang Kalah 238 Kali di Pemilu, Pantang Menyerah dan Akan Maju Lagi
Jatuh cinta pada pertemuan kedua
Hingga suatu malam di restoran Seasons 52, Amerika, suatu perasaan yang sempat dilupakan kembali terasa saat dia dan Swerlin duduk bersebelahan.
"Kami duduk bersebelahan, dan untuk pertama kalinya, kami bersentuhan dan saling berpandangan. Sesuatu yang menarik membuatku bersemangat. Seluruh tubuhku mulai gemetar," katanya.
Terens mengatakan, malam itu tak lagi mampu makan dan bernapas dengan benar karena dilingkupi perasaan gembira.
Dia pun akhirnya menyadari kembali merasakan jatuh cinta pada usia 98 tahun.
"Sekarang aku sudah melewati usia 100 tahun, dan aku rasa aku lebih jatuh cinta padanya daripada saat itu. Itu terus berkembang setiap hari," sambungnya.
Sementara itu, dari sudut pandang Swerlin, dia mengetahui Terens terus memandangnya pada pertemuan pertama, tetapi menolak adanya binar ketertarikan pada mata si pria.
Meski begitu, teman Terens, Stanley Eisenberg, kembali mengajak mereka makan malam untuk memastikan.
Nyatanya, keduanya mengalami cinta pada pandangan kedua.
"Saya belum pernah melihatnya bersinar seperti itu," kata Eisenberg, dilansir dari AP News.
Setelah malam itu, ungkap Swerlin, Terens tidak memberinya kesempatan untuk menolak.
Di usia 94 tahun, Swerlin pun mengaku kembali jatuh cinta.