Opini

Berpisah dari Ramadhan dengan Penuh 'Hormat'

Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Muhammad Nasril Lc MA, ASN Kemenag Aceh Besar & Mahasiswa S3 Hukum Islam UIN Jakarta (Program BIB Kemenag-LPDP).

Oleh: Muhammad Nasril Lc MA *)

SAAT ini kita sudah berada di penghujung Ramadhan 1445 H, sebentar lagi tamu istimewa ini akan pergi meninggalkan kita. Tidak ada yang mampu menghalanginya agar bertahan lebih lama. Berada di hari akhir Ramadhan adalah sebuah kesempatan dan anugerah yang patut di syukuri, artinya masih diberikan kesempatan untuk menjadi lebih baik dan meraih berkah Ramadhan.

Sungguh, kita menyadarinya atau memang tidak sadar sama sekali kalau ia pergi begitu cepat. Berjalan seperti angin, namun kita terlalu santai bahkan lambat meresponsnya. Tidak menggunakan full power dan tidak memanfaatkan waktu bersamanya dengan baik. Bahkan banyak waktu terlewati begitu saja. Banyak amalan yang luput, kadang kita juga melewati hari-hari Ramadhan ini seperti hari-hari biasa di bulan lain. Bahkan ada fenomena unik di tempat kita, yaitu lebih fokus menyiapkan bekal untuk Idul Fitri daripada persiapan perpisahan dengan Ramadhan.

Dalam sebuah hadits dijelaskan bagaimana Rasulullah saw bersunggung-sungguh menghidupkan sepuluh hari terakhir dengan segala kebaikan. Sebagaimana dijelaskan oleh Ummul Mu’minin Aisyah r.a, “Rasulullah saw sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.” (HR. Muslim).

Semestinya hadits ini bisa menjadi motivasi untuk kita dalam menghidupkan kebaikan di babak final melebihi dari biasanya, betul-betul totalitas dalam amal kebaikan. Bukan membiarkan kesempatan itu terbuang begitu saja. Namun kita berharap semoga kita termasuk orang yang sukses hasil tempaan madrasah Ramadhan.

Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari). Artinya, masih ada kesempatan untuk kita menutup segala kekurangan sebelumnya, dengan bersungguh sungguh beramal shalih sampai Ramadhan pergi. Kalaupun di awal kurang peduli, waktu terlewati begitu saja, setidaknya bisa memperbaiki di waktu yang masih tersisa ini.

Sejatinya, menjelang berpisah dengan Ramadhan atau di 10 akhir, amal ibadah kita lebih dahsyat dari sebelumnya. Seperti yang dilaksanakan para pendahulu kita (Salafusshalih), mereka fokus beribadah di akhir Ramadhan.

Bagi mereka, waktu Ramadhan itu sangat terbatas, jadi mereka tidak menyia-nyiakannya. Sementara kita, masih jauh dan sangat jauh, kadang seakan menjalani rutinitas Ramadhan hanya sebatas kewajiban, baca Alquran juga kurang, amaliah-amaliah lainnya juga seperti biasa.

Meskipun belum bisa seperti mereka yang menangis tersedu karena berpisah dengan Ramadhan. Padahal, sehari-hari mereka menjalani Ramadhan dengan sempurna, fokus dan khusyuk memanfaatkan setiap detik waktu Ramadhan, apalagi di 10 terakhir. Mereka fokus, i'tikaf, mengurangi tidur, semakin rajin dalam ketaatan, mereka biarkan kelelahan dalam ketaatan.

Namun, kita harus tetap semangat berjuang di waktu tersisa, berikhtiar dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan ampunan Allah swt sebelum Ramadhan pergi. Setidaknya kita menyiapkan perpisahan dari Ramadhan dengan penuh hormat, yaitu dalam keadaan melaksanakan amalan-amalan shalih, berbuat baik kepada sesama meminta ampunan Allah swt dan tentu amalan shalih lainnya. Kita dituntut untuk fokus di waktu tersisa dan bahkan kalau bisa lebih dahsyat walau waktu tersisa sedikit lagi.

Senada dengan ini Ibnu Rajab rahimahullah berkata: "Wahai hamba Allah, bulan Ramadhan pasti kan berakhir, dan hanya sedikit yang tersisa. siapa yang telah berbuat baik padanya, harus menyempurnakannya, dan siapa yang meremehkannya, harus menutupnya dengan kebaikan. Jadi, amalan itu tergantung pada akhirnya."

Maka, sebelum Ramadhan pergi kita harus menyelesaikan pogram-pogram atau target-target yang belum terlaksana, walaupun waktu yang tersisa sangat singkat, seperti mengkhatam Alquran, perbanyak shadaqah dan lain-lainnya.

Sehingga saat kita berpisah denga Ramadhan, kita telah melewatinya dengan amalan-amalan terbaik serta meraih berbagai keutamaan yang ada pada Ramadhan, diampunkan dosa dan juga diterima semua amal ibadah kita. Artinya, kita berpisah dengan penuh "hormat" dan telah melakukan yang sempurna.

Untuk itu, berbahagialah bagi mereka yang telah maksimal bersama Ramadhan, melaksanakan berbagai amalan, menjalani berbagai ibadah dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk menjadi hamba taat, meskipun kondisi di tengah hiruk-pikuk dunia saat ini.

Kini, waktu berpisah dengan Ramadhan semakin dekat. Ramadhan akan kembali datang pada tahun berikutnya. Sementara kita belum tahu apakah akan kembali berjumpa dengan Ramadhan atau tidak. Semoga Allah mempertemukan kita kembali dengannya dan semoga kita mendapat ampunan sebelum Ramadhan pergi. Amin Ya Rabb.

*) Penulis ASN Kemenag Aceh Besar & Mahasiswa S3 Hukum Islam UIN Jakarta (Program BIB Kemenag-LPDP)

Berita Terkini