Berita Banda Aceh

Kisah Inspiratif, Prof Abdul Manan, Anak Petani Miskin Raih Gelar Profesor di UIN Ar-Raniry

Penulis: Yarmen Dinamika
Editor: Mursal Ismail
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Prof Abdul Manan

Prof Abdul Manan, yang kini bergelar guru besar di bidang antropologi, lahir dan besar di Desa Alue Rambot, Kecamatan Manggeng, Aceh Barat Daya. 

Laporan Yarmen Dinamika | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kisah inspiratif terlahir dari acara pengukuhan Prof Dr Phil Abdul Manan SAg, MSc, MA yang berlangsung di Gedung Auditorium Ali Hasjmy, UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Rabu, 29 Mei 2024.

Pencapaian Prof Abdul Manan menjadi bukti bahwa latar belakang ekonomi dan status sebagai anak kampung bukanlah penghalang untuk meraih mimpi dan kesuksesan.

Prof Abdul Manan, yang kini bergelar guru besar di bidang antropologi, lahir dan besar di Desa Alue Rambot, Kecamatan Manggeng, Aceh Barat Daya. 

Ayahnya, almarhum Baharuddin, bekerja sebagai petani padi. Ibunya, almarhumah Hj Zainab, juga seorang petani. 

Perekonomian mereka pas-pasan.

Namun, kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan tidak menyurutkan semangat orang tuanya untuk mendorong anak-anak mereka agar giat bersekolah.

Baca juga: Terkait Kasus Narkoba, Kuasa Hukum Masih Pertanyakan Asesmen Rehabilitasi untuk Ammar Zoni

Sejak kecil, Abdul Manan sudah menanamkan dalam dirinya pesan dari orang tuanya bahwa pendidikan adalah kunci untuk mengubah nasib. 

Berbekal semangat ini, ia mengukir prestasi demi prestasi, hingga berhasil meraih gelar profesor, sebuah impian yang telah lama diidamkannya.

Di Aceh, ia menjadi orang pertama yang memperoleh gelar profesor di bidang antropologi.

Perjalanan pendidikan Prof Abdul Manan dimulai dari MIN Suak Berumbang (1985), SMP Negeri Manggeng (1988), hingga Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Tapaktuan (1991).

Melanjutkan pendidikan tinggi di IAIN Ar-Raniry, ia meraih gelar Sarjana Tarbiyah Bahasa Inggris pada tahun 1997 dengan predikat cum laude.

Sambil kuliah, Manan bekerja sebagai pengurus masjid, mengajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA), dan menjadi pengajar bahasa Inggris privat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai anak rantau.

Baca juga: Stop Makan Malam, Ini Manfaatnya Kata dr Zaidul Akbar, Ternyata Kebiasaan Nabi SAW

Tidak puas hanya dengan gelar sarjana, Abdul Manan berusaha keras untuk mendapat beasiswa S-2. 

Usaha dan doa dari orang tua akhirnya membuahkan hasil, ia mendapatkan beasiswa StuNED untuk melanjutkan studi Master di Educational and Training System Design (M.Sc) di University of Twente, Belanda, pada tahun 2001.

Kemudian, ia memperoleh beasiswa INIS untuk gelar master kedua di bidang Islamic Studies (M.A.) di University of Leiden, Belanda, pada tahun 2003.

Selama menempuh pendidikan di Belanda, Abdul Manan bekerja paruh waktu di rumah makan dan pasar malam di Den Haag.

Uang hasil kerja ini ia tabung untuk memberangkatkan ibundanya haji pada tahun 2003. Setelah kembali ke Indonesia, ia menjadi dosen PNS di Fakultas Syariah dan Hukum IAIN Ar-Raniry.

Tidak berhenti di situ, ia mendapatkan beasiswa DAAD untuk melanjutkan gelar doktor (Dr. Phil) di bidang Etnologi-Antropologi Sosial di Westfälische Wilhelms-Universität Münster, Jerman, dan lulus dengan predikat ‘magna cum laude’.

Baca juga: STOP Kebiasaan Makan Mi Campur Nasi, Ahli Gizi Ungkap Efek Samping Bagi Tubuh

Disertasinya yang berjudul “Ritual Kalender Aneuk Jamee di Aceh Selatan” mendapat pujian luar biasa dari para profesor penguji.

Abdul Manan kemudian mengikuti program Post-Doctoral di University of Münster pada tahun 2015 dan di University of Köln pada tahun 2018. 

Sejak tahun 2012 hingga sekarang, ia mengajar antropologi di Program Studi Sejarah Kebudayaan Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Ar-Raniry.

Selama kariernya, Abdul Manan telah memublikasikan 112 tulisan di Google Scholar dan 24 tulisan di jurnal internasional bereputasi.

Ia juga menerbitkan 17 buku yang menjadi rujukan mahasiswa dan masyarakat umum. Pesan inspiratifnya bagi generasi muda adalah, “Jangan menunggu hebat untuk memulai, tapi mulailah untuk menjadi hebat.”

Dalam bahasa Aceh, ia menambahkan, “Meunyoe tathem usaha meuhan kaya udep seunang. Meunyoe han tathem usaha pane roet dari manyang” (Jika kita mau berusaha, kalau tidak kaya, ya hidup senang. Kalau tidak mau berusaha, tidak mungkin rezeki jatuh dari atas).

Kisah hidup Prof Abdul Manan adalah bukti nyata bahwa ketekunan dan kerja keras dapat mengantarkan seseorang ke puncak kesuksesan, meskipun berasal dari latar belakang ekonomi yang sederhana. (*)

 

 

 

 

Berita Terkini