*Kenang Saat Peristiwa Konflik*
Laporan Indra Wijaya | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia Tgk Malik Mahmud Al-Haytar mengunjungi Kantor Harian Serambi Indonesia di Kecamatan Ingin Jaya, Selasa (4/6/2024).
Dalam kunjungi itu ia didampingi oleh Tuha Peut Wali Nanggroe, Sulaiman Abda dan Staf Khusus Wali Nanggroe, Dr Rafiq.
Kedatangan Wali Nanggroe itu disambut langsung oleh Pemimpin Umum Serambi Indonesia, Sjamsul Kahar, Pemimpin Redaksi, Zainal Arifin M Nur, Pemimpin Perusahaan, Mohd Din dan jajaran manajemen Serambi lainnya.
Kedatangan Wali Nanggroe tersebut juga dalam rangka silaturahmi dan melihat suasana kerja Serambi Indonesia. Dirinya merasa tersanjung dapat berkunjung langsung ke kantor Serambi.
Dalam kunjungan itu, Pemimpin Umum Serambi Indonesia, Sjamsul Kahar juga menyerahkan langsung piagam penghargaan Serambi Award kepada Wali Nanggroe Aceh, Tgk Malik Mahmud Al-Haytar.
Tgk Malik Mahmud juga banyak menceritakan kenangan saat masa konflik, dimana Kantor Serambi Indonesia juga menjadi terdepan dalam mengabarkan segala situasi di Aceh saat itu.
Baca juga: Niat Kurban untuk Diri Sendiri dan Orang Lain, Lengkap dalam Bahasa Arab dan Latin
Baca juga: Listrik Padam di Seluruh Sumatera,dari Aceh hingga Lampung, LRT Palembang Berhenti Ditengah Lintasan
Usai menerima piagam penghargaan tersebut, Pemimpin Redaksi Serambi Indonesia, Zainal Arifin M Nur mengajak Wali Nanggroe untuk berkeliling melihat suasana ruang redaksi. Selain ruang redaksi, Wali Nanggroe juga diajak melihat langsung suasana di ruang mesin percetakan Serambi Indonesia.
Dalam kunjungan itu, Wali Nanggroe, Tgk Malik Mahmud Al-Haytar menceritakan pengalaman saat peristiwa konflik masa lampau. Dimana kata dia, Serambi banyak memberikan peristiwa yang terjadi di Aceh.
"Masa lampau saat konflik, saya kerap dengan mobil bawa koran serambi itu dibakar. Meski begitu, sampai ini Serambi masih berdiri tegak hingga menyentuh usia 35 Tahun,” kata Malik.
Terlebih kata dia, Serambi Indonesia punya sejarah panjang yang menjadi saksi hidup dua peristiwa besar yang terjadi di Aceh. Bahkan kata dia, saat peristiwa tsunami Aceh 2004 silam, Aceh menjadi saksi bisu betapa ganasnya ombak menghantam daratan Aceh. Lebih dari 200 ribu orang menjadi korban.
"Meski menghadapi bencana tsunami dan konflik, kita mendapat informasi dari dunia bahwa Aceh itu sabar dan kuat. Aceh punya prinsip itu Menang atau Mati. Semangat tersebut sudah turun temurun dari generasi ke generasi,” ungkapnya.
Baca juga: 3 Manfaat Daun Sirih untuk Kesehatan yang Jarang Diketahui, dr Boyke Bagikan Takaran yang Pas