SERAMBINEWS.COM - Militer Israel menjatuhkan bom di sebuah rumah yang dihuni keluarga Ismail Haniyeh, kepala biro politik Hamas.
Bom itu dijatuhkan pada Senin (14/6/1014) malam di Kamp Pengungsi Shati (Pantai), sebelah barat Kota Gaza Palestina.
Pengeboman tersebut mengakibatkan terbunuhnya sedikitnya sepuluh anggota keluarga Ismail Haniyeh, termasuk saudara perempuan Haniyeh.
Ismail Haniyeh saat ini tidak berada di Gaza sebab dia diketahui telah lama berada di Qatar.
Media Palestina melaporkan bahwa beberapa anggota keluarga Ismail Haniyeh masih berada di bawah reruntuhan dan sebagian besar korban adalah perempuan.
Menurut Al-Jazeera, upaya pencarian korban selamat sedang berlangsung dan jumlah korban tewas diperkirakan akan meningkat.
Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Selasa (25/6/2024), badan pertahanan sipil Gaza dalam pernyataannya menyebut serangan udara Israel pada Selasa (25/6) pagi waktu setempat.
"Ada 10 orang yang mati syahid... akibat serangan tersebut, termasuk Zahr Haniyeh, saudara perempuan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh," tutur juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Basal, dalam pernyataan kepada AFP.
Dia mengatakan bahwa sejumlah jenazah kemungkinan masih tertimbun reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan tersebut.
Basal menyatakan bahwa pihaknya "tidak memiliki peralatan yang diperlukan" untuk mengeluarkan jenazah-jenazah yang tertimbun reruntuhan.
Para personel badan pertahanan sipil Gaza, sebut Basal, mengevakuasi jenazah korban tewas lainnya ke Rumah Sakit Al-Ahli yang ada di Gaza City.
Dia menambahkan bahwa "beberapa orang mengalami luka-luka" akibat serangan itu.
Militer Israel belum segera mengonfirmasi laporan tersebut. Saat dihubungi secara terpisah oleh AFP, militer Tel Aviv mengatakan pihaknya "mengetahui laporan tersebut tetapi kami tidak bisa mengonfirmasinya".
Baca juga: VIDEO Taktik Houthi Incar Kapal Israel di Lepas Pantai Hodeidah Pakai Perahu Jebakan
Sejak tadi malam, tentara Israel telah mengintensifkan serangannya di kamp Shati.
Juga menargetkan sekolah penampungan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), menewaskan puluhan orang, termasuk anak-anak.