Rentetan serangan tersebut memicu kekhawatiran bahwa perang di Gaza antara Israel dan Hamas bisa berubah menjadi konflik regional yang membentang dari Laut Merah hingga perbatasan Lebanon-Israel dan sekitarnya.
Di Amerika Serikat, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan pembunuhan Haniyeh tidak membantu upaya internasional untuk mencapai gencatan senjata dalam perang di Gaza, yang kini telah berlangsung selama 10 bulan.
"Itu tidak membantu," kata Biden kepada wartawan pada hari Kamis (1/8) waktu setempat, ketika ditanya apakah tindakan tersebut merusak peluang gencatan senjata.
Haniyeh telah menjadi wajah diplomasi internasional Hamas saat perang berkecamuk di Gaza, dan telah mengambil bagian dalam perundingan gencatan senjata tidak langsung.
Haniyeh dipandang oleh banyak diplomat sebagai seorang moderat dibandingkan dengan anggota kelompok garis keras Hamas di Gaza.
Meskipun menurut beberapa komentator Israel, ia dianggap oleh beberapa pihak di Israel sebagai hambatan untuk mencapai sebuah kesepakatan.
Ribuan Orang Beri Penghormatan
Ribuan warga Doha, Qatar memberikan penghormatan terakhir kepada mantan kepala politik Hamas Ismail Haniyeh (62) yang tewas meninggal dalam sebuah serangan udara pada Rabu (31/7/2024) dini hari di Iran.
Mereka, yang berkumpul dalam Shalat Jumat di Masjid Imam Muhammad ibn Abd al-Wahhab di Doha.
Di sana juga digelar shalat jenazah untuk Haniyeh pada Jumat (2/8/2024).
Haniyeh, yang terbunuh setelah melakukan perjalanan ke Teheran untuk menghadiri pelantikan Presiden Iran Masaoud Pezeshkian sehari sebelumnya, mendapat banyak simpati.
Dilansir dari Al Jazeera, saat shalat Jumat selesai, jenazah Haniyeh, yang dikawal oleh ribuan orang yang menghadiri shalat, akan dibawa ke pemakaman kerajaan Lusail di utara Doha.
Langkah-langkah keamanan sangat ketat.
Akan ada puluhan pejabat negara dari seluruh dunia, terutama dari negara-negara Islam.