“Tio itu luar biasa semangatnya, padahal saya sudah bilang langsung kerja saja lah, ngga usah kuliah, takut biayanya mahal, lagi pula, adiknya ada banyak, ada 3, dia juga yang selama ini membantu ibunya jaga adik-adiknya,” kata Jasa.
Sebagai orang tua yang berkewajiban menafkahi keluarganya, Jasa memang sering keluar kota, karena profesinya sebagai salah satu driver di PT PLB, dia juga jarang di rumah.
Sehingga ia mengaku proses anak sulungnya itu dapat berhasil lolos pun dengan waktu singkat, karena Tio benar-benar berusaha mencari info sendiri mulai dari pendaftaran, tes, hingga akhirnya dinyatakan lolos seleksi.
Di Balik Layar Perjuangan
Tio bercerita, awalnya ia pun hampir terlambat mendaftar karena keterbatasan jaringan dan informasi yang ia dapatkan, karena berada di pedalaman kebun.
Seharusnya saat mendaftar di Polman ia tidak membayar apapun karena ada voucher bagi anak yang orang tuanya bekerja di Astra.
Tapi karena terlambat, akhirnya ia mendaftar jalur normal dengan membayar uang pendaftaran Rp. 300.000.
“Beberapa hari setelah berhasil daftar di jalur regular (yang berbayar) saya dihubungi oleh tim Polman. Katanya, mau tidak kalau jalurnya diubah menjadi jalur beasiswa atau kerjasama, khusus bagi orang tua yang bekerja di Astra, sontak saya langsung setuju,” jelas Tio.
Tak lama dari itu, Tio melanjutkan, mereka hubungi kembali dengan memberikan jadwal tes online seleksi.
Saat itu Tio sempat bingung karena belum pernah menggunakan fasilitas online, namun segala keperluan saat itu ternyata didukung dan dibantu penuh oleh tim PT PLB.
“Wah, saat dikabarkan harus tes online atau apalah itu, anak saya mengeluh bingung, apa lagi saya luar biasa bingung, laptop saja kami ngga punya, akhirnya saya curhat lah ke teman-teman PLB,”
“dan bersyukurnya, tim PLB luar biasa full support, bahkan sampai level administratur dan kepala tata usahanya turun tangan bantuin kami,” ungkap Jasa saat anaknya menceritakan tentang bantuan PT PLB.
Tio yang sudah berkaca-kaca hampir meneteskan air mata, sangat terharu ketika melanjutkan ceritanya, apalagi saat ditanya apa motivasinya sampai begitu semangat mengejar pendidikan tinggi, hingga rela merantau jauh dari kedua orang tua dan ketiga adiknya.
“Tadinya saya juga sudah pesimis, saat ibu dan bapak bilang kalau gagal dapat beasiswa di Polman, ibu dan bapak ga sanggup kalau harus menguliahkan saya dengan biaya yang besar, saya bilang dalam hati, kalau gitu saya harus kerja apapun untuk bantu ibu, bapak dan adik-adik,” ungkap Tio.
Anak yang memiliki hobi membaca, melukis dan berolahraga ini dikenal sebagai siswa yang cukup berprestasi dalam akademik, ia sempat meraih beberapa prestasi, pada tingkat sekolah menengah pertama dan atas mengikuti olimpiade IPA tingkat gugus dan menjuarai peringkat pertama, dan terakhir terpilih mengikuti KSN (Kompetisi Sains Nasional) bidang fisika.
“Kalau ngga dibantu tim Bapak di PT PLB, mungkin saya ga akan bisa lolos, saat saya diumumkan melalui email, orang yang saya kasih tahu pertama saja mereka, salah satunya Pak Catur tim PLB yang intens bantu saya dari awal tes, ngajarin pakai zoom, pinjemin laptop,” jelasnya.