SERAMBINEWS.COM, KUTACANE - Berkunjung ke Kabupaten Aceh Tenggara tak lengkap rasanya jika belum mencicipi dodol Amey.
Dodol Amey ini cukup lezat dan tersedia dalam aneka rasa. Selama ini, dodol khas Bumi Sepakat Segenap ini, sering dicari wisatawan untuk oleh-oleh.
Camilan ini juga sering dikirim ke berbagai daerah di Aceh dan Sumatera Utara
Dodol Amey ini dikelola oleh Ritawati SPd (44), warga Desa Pasir Penjengakan, Kecamatan Lawe Bulan, Kabupaten Aceh Tenggara.
Di samping kesibukannya sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yaitu kepala sekolah di jajaran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Aceh Tenggara, Rita tetap mampu berkreasai untuk menjalankan bisnis dodol dan pulut krikif.
Sebagai seorang pimpinan di sekolah, ia tetap profesional bahkan setiap harinya masuk bekerja. Ini dia lakukan, karena usaha dodol Amey ini sudah dapat dia percayakan kepada karyawannya.
Sehingga usaha dodol Amey ini tetap berjalan walaupun ia tidak mengikutinya mulai proses pembuatan hingga selesai dimasak dan dibungkus.
Usaha dodol yang diberikan nama dodol Amey ini ditekuninya sejak 2014.
Namanya usaha, tentu ada pasang surutnya. Ya, usaha dodol Amey itu sempat gulung tikar.
Lalu mulai dikembangkan kembali sejak 2018 hingga sekarang usaha dodol Amey mulai terkenal di pasar Aceh Tenggara.
Bahkan, produksi usaha dodol Amey ini dijual secara online juga di Desa Kuta Langlang, Kecamatan Bambel.
Ritawati yang juga Kepala SDN Pulolatong mengatakan, usaha dodol Amey dan pulut krikif itu kini pemasarannya sudah mulai lancar kembali.
Bahkan, pada Expo UKM di venue Arung Jeram PON XXI Aceh-Sumut 2024 di Ketambe dan Jambur Mamang, Kecamatan Darul Hasanah, ikut terlibat mengisi stand atau tenda yang disedikan oleh Dinas Koperasi UKM dan Tranmigrasi Aceh Tenggara.
Ini artinya kepercayaan masyarakat khususnya Pemkab Agara cukup tinggi untuk produk dodo amey yang telah dijamin ke halalannya.
Dan usaha dodol Amey tersebut di bawah binaan Bank Syariah Aceh dan pihak-pihak lainnya.
Menurut Ritawati untuk memproduksinya menjadi dodol maupun pulut krikif membutuhkan waktu yang lama berkisar 6 jam. Ini termasuk proses pendinginan hingga membungkus dalam kemasan plastik.
Dalam hal ini, Ritawati dibantu pekerja sebanyak tiga orang untuk memasak dan dua orang untuk melakukan pemasaran ke kios-kios atau kafe.
Akan tetapi, saat ini usaha dodol Amey omsetnya sedang menurun, karena daya beli masyarakat yang lemah sehingga berdampak ke pembelian yang sedikit
Menurun bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Namun, untuk belanja di rumah tangga sehari -hari dan biaya pendidikan 6 orang anaknya yang masih sekolah mulai tingkat SD, SMP, SMA dan PAUD mencukupi.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Tranmigrasi Kabupaten Aceh Tenggara, Zul Fahmy Ssos, mengatakan, dodo amey ini adalah salah satu proses pembuatannya yang cukup terjamin kehalalannya dan higienis.
Standar dan produknya ini cukup banyak diniknati banyak konsumen. Ini merupakan usaha unggulan binaan Diskop UKM dan Transmigrasi Agara.
Ia berharap bisa lebih mengedepankan cara pemasarannya, sehingga produk dodol Amey ini dikenal dengan citrasanya.
“Orang suka produk yang kita jual ini adalah rasa yang enak,” kata Zul Fahmy.
Sedangkan pemasarannya akan dibantu oleh Diskop UKM dan Tranmigrasi Agara dengan sistem digital.
“Tujuannya supaya kelayak ramai mengenal produknya. Dan, bisa dipasarkan sistem online apalagi ini merupakan produk yang menjadi binaan dari Pemkab Agara,” ujar Zul Fahhmy.(asnawi luwi)