SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Ismail Rasyid, owner sekaligus CEO PT Trans Continent, menjadi salah satu pembicara pada acara Silaturahmi Kerja Wilayah (Silakwil) MPW ICMI Aceh, di Banda Aceh, Sabtu (2/11/2024).
Selain Ismail Rasyid, Silakwil MPW ICMI Aceh ini juga diisi oleh Isra Firmansyah (Direktur RSUDZA), yang membahas aspek pelayanan kesehatan dan rumah sakit di Aceh.
Informasi diperoleh Serambinews.com, Ismail Rasyid, pengusaha nasional asal Aceh Utara yang juga Dewan Pakar ICMI Aceh ini, sengaja pulang ke Aceh, guna memenuhi permintaan MPW ICMI Aceh.
Ismail diajak untuk berbagi pengalaman dan mendiskusikan berbagai persoalan dan solusi pengembangan ekonomi yang mungkin diimplementasikan di Aceh.
Dalam diskusi pada acara Silakwil ICMI Aceh ini, Ismail Rasyid mengupas topik utama Membangun Indonesia Emas dari Aspek Ekonomi Inklusif yang Adil, Sehat, dan Sejahtera.
Baca juga: ICMI Aceh akan Silakwil 2024: Ismail Rasyid dan Isra Firmansyah menjadi narasumber
Dalam materinya, Ismail Rasyid kemudian mengupas panjang lebar tentang strategi membangun ekonomi inklusif di Aceh.
Secara sederhana, ekonomi inklusif dapat diartikan sebagai pembangunan ekonomi yang menciptakan akses dan kesempatan yang luas bagi seluruh lapisan masyarakat secara adil.
Pembangunan ekonomi inklusif juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, serta mengurangi kesenjangan antarkelompok dan wilayah.
“Prinsip dasar ekonomi inklusif antara lain; kesetaraan, keadilan, partisipasi semua pihak, berkelanjutan, dan sksesibilitas atau memiliki memiliki akses yang sama terhadap sumber daya, infrastruktur, dan layanan keuangan,” ujarnya.
Selanjutnya, Ismail Rasyid mengupas tentang perkembangan supply chain dan kemajuan tekonologi, digitalisasi, serta konektivitas.
Supply chain dan konektivitas antarwilayah ini memang menjadi bidang yang ditekuni Ismail Rasyid sejak menyelesaikan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (USK) tahun 1993 lalu.
Baca juga: VIDEO - Ismail Rasyid Tertarik Bangun Pabrik Pengolahan Kelapa di Gorontalo
Sebelum mendirikan PT Trans Continent pada tahun 2003, Ismail Rasyid bekerja di Batam selama 10 tahun dengan jabatan terakhir sebagai Managing Director.
Ia memiliki pengalaman bekerja di perusahaan logistik dan rantai pasokan, seperti Megatrindo Nusantara Abadi dan C & P Logistic Indonesia.
PT Trans Continent yang didirikan Ismail Rasyid, bergerak di bidang multimoda transport, logistics & supply chain.
Bisnis utama perusahaan ini adalah di bidang industri pertambangan, perminyakan, energi, serta perdagangan umum.
Ismail Rasyid saat ini menyandang gelar master di bidang transportasi dan logistik.
Ia menjadi salah satu mahasiswa pascasarjana Institut Transportasi dan Logistik (ITL) Trisakti yang diwisuda pada, Selasa (14/11/2023) lalu.
Peluang Aceh
Terkait topik “supply chain dan kemajuan tekonologi, digitalisasi, serta konektivitas”, Ismail Rasyid mengupas tentang “strategi multimoda transport dan industri global supply chain dalam menghadapi disrupsi teknologi”.
Ia menangkap adanya peluang besar bagi Aceh dalam kancah perdagangan regional dan global.
Menurutnya, posisi strategis Aceh memainkan peran penting dalam mempertahankan dan meningkatkan eksistensi Indonesia di level regional dan global.
Baca juga: Kiprah Ismail Rasyid, CEO PT. Trans Continent, di Industry Logistics & Supply Global
“Perlu penguatan supply chain, manpower (SDM), equipment (peralatan), dan system (software & hardware),” ujarnya.
Namun ada tantangan yang perlu diperhatian, antara lain bahasa, budaya, diplomasi, adaptasi, informasi dan teknologi, kemandirian, dan culture shock.
Belajar dari dibukanya Kanal Panama dan Kanal Suez, Ismail Rasyid juga mengulas tentang posisi strategis Aceh jika Kanal Kra yang membelah Thailand, benar-benar menjadi kenyataan.
Guna menyongsong peluang itu, lanjut Ismail, ia telah mempersiapkan berbagai infrastruktur PT Trans Continent di Aceh, agar dirinya sebagai pengusaha lokal, benar-benar siap bersaing ketika masa itu tiba.
Tidak hanya mempersiapkan infrastruktur, PT Trans Continent juga telah mempersiapkan SDM, diplomasi, dan koneksi yang melibatkan banyak pihak di Aceh, nasional, hingga internasional.
Baca juga: Ismail Rasyid Mengupas Manajemen Rantai Pasokan di USK
“Kami membangun nasionalisme, kemudian melakukan ekspansi bisnis ke luar negeri, serta membangun kolaborasi dan sinergitas untuk kemajuan bangsa,” ujarnya.
Tantangan di Aceh
Ismail menguraikan, berdasarkan pengalamannya berusaha di Aceh, ada beberapa tantangan yang dihadapi di lapangan, antara lain:
1. Kurang tersedianya SDM yang siap pakai dan memiliki kemampuan teknologi yang memadai untuk memenuhi kebutuhan lokal di sektor primer.
2. Keterbatasan sumber finansial untuk investasi dan research & development
3. Ego sektoral departemen & lembaga, baik provinsi & tingkat II
4. Korporasi mengutamakan komersial semata sehingga kurang memperhatikan kondisi ekonomi daerah
5. Investasi di sektor primer belum optimal
Baca juga: VIDEO Ismail Rasyid Beri Sambutan Dalam Pertemuan Globalink Network 2024 Annual Meeting di Bali
6. Kurangnya konsistensi penerapan dan penegakan regulasi bidang terkait
7. Ketidakpastian hukum dalam rantai produksi bidang terkait
8. Minimnya infrastruktur/konektivitas seperti; pelabuhan, terminal, bandara, dan sarana angkutan (khususnya mobilitas barang maupun orang) sehingga menyebabkan biaya logistik relatif tinggi
9. Sangat tergantung kepada dana otsus
10. Implementasi UUPA yang tidak pasti/tidak konsisten
11. Desentralisasi yang sering menyebabkan konflik of interest antara pusat dan daerah
Solusi
Pada bagian akhir, Ismail Rasyid menawarkan beberapa opsi dan solusi untuk menyelesaikan tantangan tersebut, antara lain:
1. Peningkatan mutu pendidikan dan pelatihan di seluruh sektor, baik pendidikan umum maupun pendidikan pesantren (modernisasi)
2. Perbanyak pendidikan vokasi/praktis untuk meningkatkan skill baik di lembaga pemerintah, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat, kemudian badan-badan dunia (lokal, nasional, dan internasional)
3. Terjalinnya kerja sama yang baik dengan konsep Penta Helix
Baca juga: Ismail Rasyid Raih Gelar Master di Institut Transportasi dan Logistik Trisakti, Lulus Cum Laude
4. Kolaborasi Penta Helix harus secara continue melakukan research dan development agar menghasilkan inovasi, teknologi, efisiensi pada semua sektor untuk meningkatkan daya saing global
5. Mencari mitra dan melakukan kerja sama untuk menghasilkan sumber-sumber pembiayaan dalam rangka untuk investasi di beberapa sektor prioritas (tidak hanya tergantung dana Otonomi Khusus/Otsus)
6. Pemerintah daerah harus menjadi katalisator dalam pengelolaan sumber daya yang sustainability dan ramah lingkungan
7. Perlu mewajibkan sektor industri keseimbangan Pembangunan SDA, SDM dan industrialisasi
8. Mengarahkan investasi ke area yang belum dieksplorasi dan wajib diikuti sektor industri
9. Membuat dan menjalankan roadmap pengelolaan rencana dalam jangka Panjang
10. Penguatan regulasi, memperpendek birokrasi dan kepastian hukum yang berkaitan dengan investasi
11. Mampu membangun hubungan yang baik dan meningkatkan trust antara pusat dan daerah.(*)
Baca juga: Trans Continent Jadi Tuan Rumah Pertemuan Pengusaha Logistik Dunia di Bali