SERAMBINEWS.COM, SINABANG - Stunting beberapa tahun ke belakang hingga saat masih terus menjadi isu prioritas nasional.
Pemerintah di bidang kesehatan pun terus menggalakkan percepatan penurunan stunting.
Dikutip dari laman Ayo Sehat Kemenkes, stunting merupakan suatu keadaan di mana tinggi badan anak lebih rendah dari rata-rata untuk usianya karena kekurangan nutrisi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
Stunting dapat disebabkan oleh kurangnya asupan gizi pada ibu selama kehamilan atau pada anak saat sedang dalam masa pertumbuhan akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Kondisi stunting bisa terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Perlu ditekankan, stunting bukan bukan hanya berdampak terhadap pertumbuhan
fisik balita, tetapi juga pada fungsi penting tubuh lainnya, seperti perkembangan otak dan sistem kekebalan tubuh.
Baca juga: Sukses Turunkan Angka Stunting, Pidie Jaya Masuk Daftar Daerah Penanganan Stunting Hingga 100 Persen
Balita stunting berpotensi memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, lebih rentan terhadap penyakit, dan di masa depan dapat berisiko pada menurunnya tingkat produktivitas.
Mengingat banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan dari stunting untuk generasi masa depan, maka pemerintah melakukan percepatan penurunan stunting sebagai program prioritas nasional, tak terkecuali di Aceh.
Tekan Stunting di Simeulue
Aceh juga menjadi salah satu provinsi yang serius dalam penanganan persoalan stunting, diantaranya ialah Kabupaten Simeulue.
Pemerintah Kabupaten Simeulue, melalui Dinas Kesehatan, hingga saat ini masih terus fokus untuk menekan atau mengurangi angka stunting di wilayah kepulauan itu.
Dari data terbaru saat ini, Oktober 2024, jumlah sasaran sebanyak 6.491 jiwa yang berhasil terimput sebanyak 6 131 jiwa. Dengan jumlah stunting sebanyak 537 atau 8,8 persen.
Baca juga: Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan pada Calon Pengantin agar Bebas Stunting
Jika dibandingkan dengan data September 2024, jumlah sasaran sebanyak 6.555 jiwa dan berhasil terimput sebanyak 6.242 jiwa dengan jumlah stunting 531 atau 8,5 persen.
Jumlah stunting tersebut terus mengalami penurunan sejak Januari 2024, dimana
data dari e-PPGBM Dinkes Provinsi Aceh Per 2 Januari 2024, jumlah sasaran sebanyak 8.329 jiwa yang berhasil terimput sebanyak 4.252 jiwa. Dengan jumlah stunting sebanyak 530 jiwa.
Dinkes Simeulue melalui Kasie Kesehatan Keluarga dan Gizi, Nurhadini SST mengatakan, dalam upaya menurunkan stunting, pihaknya meningkatkan kapasitas petugas dan kader kesehatan dalam upaya pencegahan stunting dengan memberikan pelatihan terkait dengan penanganan stunting dalam bentuk program.
"Beberapa program tersebut seperti, pertama program PMBA (Pemberian Makanan Bayi dan Anak), kedua program PSG (Penilaian Status Gizi), ketiga program Konseling menyusui dan keempat program STBM stunting (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)," ujar Nurhadini SST, Jumat (6/12/2024).
Sedangkan untuk kader kesehatan di lapangan, Dinkes Simeulue telah memberikan pelatihan kopetensi kader sebanyak 350 orang dari 835 kader di Kabupaten Simeulue.
Lanjut Nurhadini SST, ada beberapa kendala atau tantangan yang dihadapi petugas di lapangan untuk memberikan pemahaman terkait pencegahan stunting di Simeulue.
Baca juga: Dukung Asta Cita Presiden RI, PT MIFA Tunjukkan Komitmen Penaggulangan Stunting
Seperti mendapati adanya sebagian kecil masyarakat tidak menerima jika anaknya masuk dalam status stunting.
Masyarakat juga tidak menerima menu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang sudah sesuai dengan regulasi. Kemudian tidak tepatnya sasaran dalam pemberian PMT.
Selain itu, adanya pergantian petugas atau kader posyandu menjadi kendala di lapangan, hal itu dikarenakan diperlukan lagi pelatihan maupun pemahaman baru terkait upaya pencegahan stunting bagi petugas baru.
Hal lain yang menjadi kendala juga, yakni tidak dilakukannya kalibrasi alat antropometri sebelum digunakan oleh petugas.
Meski demikian, lanjut Nurhadini SST, kendala tersebut tidak menjadi hambatan.
Pemerintah Daerah melalui Dinkes Simeulue terus menjalankan upaya yakni dengan pemberian PMT pada ibu hamil (bumil) dan balita. Upaya ini sudah dilakukan selama tiga tahun terakhir dan yang sedang atau akan dilakukan.
Pemberian Pedoman Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) pada remaja dan juga bumil.
Baca juga: Stunting Bukan Takdir: Imunisasi sebagai Kunci Pencegahan yang Ampuh
Kemudian adanya peningkatan kelas ibu hamil dan kelas ibu balita, konseling calon pengantin (skrining layak hamil) yang bekerjasama dengan leding sektor Kemenag dan KUA.
Selain itu, pembelian alat antropometri, pelatihan kader, skrining anemia terhadap remaja putri.
Dijelaskan, bahwa tata cara pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak balita tetap berpedoman pada regulasi Kementrian Kesehatan atau kebijakan lainnya yang berlaku.
Dalam menjalankan upaya-upaya pencegahan stunting itu, pihaknya melakukan sosialisasi atau kunjungan ke rumah-rumah warga demi menekan angka stunting di daerah tersebut.
"Petugas kita bahkan sampai door tu door 'jemput bola' agar sasaran bisa terlayani dengan maksimal, karena ada anak tidak datang ke Posyandu karena orang tuanya sedang ke sawah, pungkasnya. (*)