SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Stunting merupakan kondisi gangguan pertumbuhan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan asupan gizi.
Kekurangan asupan gizi yang mengakibatkan stunting ini terjadi dalam jangka waktu panjang, yaitu sejak dalam kandungan hingga 1000 hari pertama kehidupan.
Dampaknya pertumbuhan fisik anak menjadi terhambat yang kemudian membuat tinggi badan anak menjadi lebih rendah atau pendek (kerdil) dari rata-rata anak seusianya.
Tak hanya pertumbuhan fisik, stunting juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit hingga mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa dewasanya.
Jika kondisi gangguan akibat kekurangan gizi kronis ini terus dibiarkan, maka akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Untuk menanggulangi persoalan ini, pemerintah telah menjadikan percepatan penurunan stunting sebagai salah satu program prioritas nasional.
Penanganan dan pencegahan stunting masih menjadi prioritas utama dalam program pemerintah Indonesia, baik di pusat maupun daerah, termasuk Pemerintah Kota Banda Aceh.
Menurut data terbaru dari Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Aceh 2024 Semester I Periode Januari-Juni 2024, prevalensi stunting di Kota Banda Aceh mengalami penurunan.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), prevalensi stunting di Banda Aceh pada 2021 tercatat sebesar 23,4 persen.
Baca juga: Ini Sederet Program dalam Upaya Penurunan Angka Stunting di Gayo Lues, Gencarkan PHBS
Angka ini meningkat menjadi 25,1 % pada 2022, namun berhasil turun signifikan pada 2023 menjadi 21,7 % .
Sementara itu, data yang terintegrasi dalam aplikasi online Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) yang dipaparkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Banda Aceh, menunjukkan bahwa pada November 2024, jumlah balita stunting di kota ini mencapai 949 anak atau sekitar 8,73 %.
Untuk diketahui, SSGI dan EPPGBM merupakan dua metode penilaian stunting yang digunakan saat ini.
SSGI merupakan survei berskala nasional yang dilakukan setiap tahun untuk mengetahui perkembangan status gizi balita, mulai dari stunting, wasting, dan underweight baik di tingkat nasional, provinsi, hingga kabupaten/kota.
Data SSGI berasal dari survei yang menyasar rumah tangga dengan anak balita serta dilakukan oleh enumerator terlatih yang memiliki latar belakang pendidikan gizi.
Sementara E-PPGBM adalah aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat.