Banda Aceh

TB di Aceh 12.636 Kasus Sepanjang 2024, Ini 4 Penyakit Menular Jadi Perhatian Dinkes

Penulis: Sara Masroni
Editor: Eddy Fitriadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI tuberkulosis (TB). TB di Aceh 12.636 Kasus Sepanjang 2024, Ini 4 Penyakit Menular Jadi Perhatian Dinkes.

Laporan Sara Masroni | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Sebanyak 12.636 kasus penyakit Tuberkulosis (TB) di Aceh ditemukan sepanjang 2024. Penyakit ini menjadi perhatian karena menempatkan Indonesia di peringkat kedua global setelah India dengan jumlah 1.060.000 kasus pada tahun yang sama.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh, dr Iman Murahman mengatakan, dalam upaya pencegahan, penemuan dan pengobatan penyakit TB di Aceh telah dilakukan beberapa upaya seperti melakukan skrining penyakit baik di puskesmas dan rumah sakit hingga pada populasi beresiko seperti Lembaga Pemasyarakatan (LP).

“Kemudian melakukan investigasi kontak serumah dan kontak erat kasus TB dalam upaya penemuan kasus baru, serta memberikan pengobatan secara cepat dan tepat di masyarakat,” kata dr Iman saat dihubungi, Rabu (8/1/2025).

Selanjutnya meningkatkan akses pada layanan diagnosis TB dengan pemeriksaan Tes Cepat Molekuler pada seluruh terduga TB hingga memastikan ketersediaan logistik obat di fasilitas pelayanan kesehatan.

Di sisi lain, angka kesakitan malaria sebanyak 366 kasus dan kasus demam berdarah dengue (DBD) sebanyak 3.044 kasus yang tersebar di kabupaten/kota se-Aceh sepanjang 2024. Sementara kasus penyakit menular yang juga memprihatinkan yakni HIV/AIDS, sepanjang tahun 2024 ditemukan dan diobati sebanyak 348 kasus di Aceh.

Dinkes Aceh melakukan berbagai upaya pencegahan dan pengobatan penyakit HIV/AIDS meliputi skrining penyakit baik di puskesmas dan rumah sakit, pada populasi beresiko yang ada di masyarakat. Kemudian bekerja sama dengan lintas program terkait dan lembaga swadaya masyarakat dalam hal pelaksanaan skrining penyakit HIV/AIDS. Memastikan pengobatan segera pada pasien HIV/AIDS yang sudah ternotifikasi dengan obat Antiretroviral (ARV). 

“Melakukan skrining atau deteksi pada pasangan dalam upaya penemuan kasus baru dan memberikan pengobatan secara cepat dan tepat di masyarakat,” kata dr Iman. 

Selanjutnya meningkatkan akses layanan Pengobatan Dukungan Perawatan (PDP) dalam upaya meningkatkan penemuan dan pengobatan penyakit HIV/AIDS di kabupaten/kota, penguatan keterlibatan fasilitas pelayanan kesehatan swasta dalam upaya penemuan dan pengobatan kasus.

“Hingga memastikan ketersediaan logistik obat HIV/AIDS di fasilitas pelayanan kesehatan baik rumah sakit maupun puskesmas sehingga pengobatan dapat berjalan sebagaimana yang sudah ditentukan,” pungkasnya.(*)

Berita Terkini