"Jadi ada langkah pencegahan. Tapi kalau kita laporkan hanya buat capek saja dan tidak ditangani, untuk apa kita buang energi. Jadi kerja ikhlas untuk mengungkap ini," sebutnya.
Baca juga: Pemuda Pidie Disekap di Kamboja, Korban Disetrum Listrik, Nasibnya Sama Dengan Warga Lhokseumawe
Gadis Aceh di Malaysia, Dijual Atau 'Tulak Koper'
Sebuah kasus yang diduga human trafficking (perdagangan manusia) menghebohkan Aceh akhir tahun lalu. Kasus kejahatan kemanusiaan itu menimpa seorang gadis berusia 17 tahun berinisial PAF, asal Kabupaten Pidie. Ia diduga menjadi korban perdagangan orang (human trafficing) dan pemerkosaan di Malaysia.
Kasus ini diungkap ke publik pada Selasa (24/12/2024) oleh Ketua Umum Solidaritas Ummah Ban Sigom Aceh (SUBA), Tgk Bukhari Ibrahim, sesuai menerima telepon masuk dari korban yang mengaku sedang dikurung di salah satu hotel di Malaysia.
Informasi yang dihimpun Serambi, ada banyak kasus dugaan human trafficking yang melibatkan warga Aceh selama beberapa tahun terakhir. Mereka diduga diperjualbelikan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab untuk dipekerjakan di Malaysia dengan berbagai profesi. Korban-korbannya kebanyakan dari kalangan wanita usia muda. Ada juga diantaranya yang masih di bawah umur.
Saat aparat penegak hukum sedang mendalami kasus ini, tiba-tiba istilah "tulak koper" terangkat ke permukaan. Informasi yang diperoleh, istilah "gadis tulak koper" ini memang sudah lama menjadi perbincangan di kalangan terbatas warga Aceh di Malaysia. Namun, baru belakangan ini heboh hingga menjadi trending di lini media sosial, seiring dengan mencuatnya beberapa kisah gadis Aceh yang mengaku menjadi korban kekerasan dan perdagangan manusia di negeri jiran itu.
Lantas, apa sebenarnya yang dimaksud dengan istilah "tulak koper" tersebut? Apakah fenomena ini memiliki kaitan dengan kasus human trafficking yang menimpa gadis-gadis Aceh di Malaysia?
Serambi Indonesia secara khusus mengundang salah satu tokoh masyarakat Aceh di Malaysia, Tgk Bukhari Ibrahim, untuk mengupas dan mengungkap fenomena ini. Tgk Bukhari merupakan Ketua Umum Solidaritas Ummah Ban Sigom Aceh (SUBA) yang selama ini banyak mengadvokasi warga Aceh yang mengalami kesulitan di negeri Serumpun Melayu ini.
Wawancara dengan Tgk Bukhari Ibrahim berlangsung di Studio Serambinews.com, Kantor Harian Serambi Indonesia, di Meunasah Manyang Pagar Air, Aceh Besar, dipandu oleh host Yeni Hardika. Wawancara ini disiarkan langsung di kanal Youtube Serambinews.com. Berikut petikan wawancara lengkap yang telah disunting untuk Anda, pembaca setia:
Baru-baru ini muncul istilah 'tulak koper' yang ramai diperbincangkan di media sosial. Apa sebenarnya makna dari istilah tersebut?
Human trafficking itu perdagangan manusia. Tulak koper ini lebih kepada menawarkan diri.
Apakah ada kaitannya dengan beberapa kasus human trafficking yang belakangan ini terjadi?
Bisa jadi 'maminya' (penyedia) ini orang yang sama. Tapi modusnya sesuai minat dan kondisi.
Kalau orang yang akan diperjualbelikan, ini lebih kepada si korban tidak tahu apa tujuan dari 'Maminya" merekrut dia. Misalnya kita lihat dari salah satu kasus yang terjadi baru-baru ini, korban ditawarkan pekerjaan di sebuah kafe salah satu hotel di Malaysia. Sesampai di sana ternyata dia dikurung di kamar dan dipaksa melayani "tamu".
Sedangkan tulak koper, bisa jadi ada tawar menawar yang sudah diperbincangkan antara 'mami' dengan si pelaku untuk mendapatkan pelanggan atau langganan di Malaysia.
Artinya, mereka yang melakukan 'tulak koper' ini sudah ada perjanjian atau tawar-menawar dari awal?