Berita Banda Aceh

Leumang Bambu Lamdingin, Penganan Khas yang Kerap Diburu Saat Ramadhan

Penulis: Indra Wijaya
Editor: Amirullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

LEUMANG - Muhammad Yakub mengontrol besaran api untuk memasak leumang di Gampong Lamdingin, Kecamatan Kuta Alam, Selasa (4/3/2025).

Laporan Indra Wijaya | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Puluhan batang bambu berisi beras ketan diletakkan berderet di kawat besi yang sudah dipasang melintang. Aura panas bara api, membakar bagian luar bambu tersebut.

Dibakar di sebidang tanah di Gampong Lamdingin, Kecamatan Kuta Alam, mengeluarkan aroma khas dari Leumang Ketan, Ubi hingga Leumang Ketan Hitam. Muhammad Yakub (44) dengan telaten memindahkan bara api ke sisi bambu yang belum terbakar merata.
 
Tangannya ulet, memutar sisi bagian bambu (leumang) agar beras ketan yang diisi terbakar merata. Ia dibantu anaknya begitu telaten mengontrol besarnya bara api.

Hanya berbekal tongkat kecil dan sarung tangan seadanya, Leumang khas yang menjadi primadona saat ramadhan, siap disajikan kepada pelanggan.

Mereka sendiri mulai memasak leumang tersebut sejak pukul 09.00 Wib. “Mulai jam 9, biasanya baru masak itu sekitar jam 12.00 Wib. Dan baru kita jual itu saat sore hari,” kata Yakub, kepada Serambi, Selasa (4/3/2025).

Sementara di sisi lain, tak jauh dari lokasi memasak Leumang tersebut, tangan seorang wanita tak berhenti mengaduk  selai yang terbuat dari srikaya di atas kompor gas.

Baca juga: Batas Waktu Sikat Gigi Saat Puasa, Jangan Sampai Melewati Jam Ini, Ini Penjelasan Ustad Abdul Somad

Warna kuning kental menjadi ciri khas selai tersebut. Aroma yang dikeluarkan pun, sungguh sedap terasa. Hafsah pemilik dagangan yang diberi nama Mak Leumang tersebut mengaku, sudah berjualan di kawasan tersebut sejak tahun 2001.

Disana dijual lemang ubi, leumang ketan dan leumang beras ketan hitam. Harganya pun variatif, mulai dari Rp 5 ribu - Rp 10 ribu per porsi.

Sementara untuk per satuan bambu dijual mulai dări Rp 30 Ribu, Rp 60 Ribu hingga paling tinggi dijual Rp 100 Ribu tergantung besar ukuran yang dijual.

"Hari biasa juga kita buka. Tapi selama ramadhan animo masyarakat cukup tinggi, dan banyak yang terjual," katanya.

Dia mengatakan, usaha Mak Lemang itu tersebut merupakan usaha turun temurun. Dia merupakan generasi ketiga yang berjualan lemang tersebut. Nuha merupakan cucu dari pemilik Mak Lemang.

Dimana, mereka sudah berjualan lemang di kawasan tersebut sudah sejak sebelum tsunami. Perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit usaha terus berkembang dan bertahan hingga sekarang.

"Alhamdulillah bisa berjualan sampai sekarang, dan peminatnya pun masih sangat banyak. Sehari kita bisa menghabiskan 16 kilo beras ketan,” pungkasnya.

Berita Terkini