Sritex Bangkrut, Iwan Kurniawan Lukminto Tetap Tajir, Istri Tetap Bisa Tenang, Ini Daftar Bisnisnya

Editor: Amirullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PT SRITEX BANGKRUT - (Kiri) Foto Mira Christina Setiady, Direktur Operasional PT Sritex dan (Kanan) Kebersamaan Iwan Kurniawan Lukminto dengan Mira Christina Setiady. Berikut profil dari Istri Bos PT Sritex yang perusahaan berhenti beroperasi per 1 Maret 2025.

SERAMBINEWS.COM  - Mira Christina, istri dari Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), Iwan Kurniawan Lukminto, tetap bisa bernafas lega meski perusahaan tekstil suaminya bangkrut.

Pasalnya, meskipun Sritex telah bangkrut, keluarga Lukminto tetap memiliki berbagai sumber pendapatan lain yang menjaga kondisi finansial mereka tetap stabil.

Sebagaimana diketahui, Sritex mengalami kebangkrutan dan menghentikan seluruh operasionalnya pada akhir Februari lalu.

Keputusan tersebut juga berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) massal bagi seluruh karyawan perusahaan yang berbasis di Sukoharjo, Jawa Tengah, itu.

Namun, di balik runtuhnya Sritex, keluarga Lukminto ternyata memiliki sejumlah bisnis lain yang tetap berjalan.

 

PT SRITEX BANGKRUT - (Kiri) Foto Mira Christina Setiady, Direktur Operasional PT Sritex dan (Kanan) Kebersamaan Iwan Kurniawan Lukminto dengan Mira Christina Setiady. Berikut profil dari Istri Bos PT Sritex yang perusahaan berhenti beroperasi per 1 Maret 2025. (Kolase: sritex.co.id dan Instagram.com/ik.lukminto)


Meski dikenal sebagai perusahaan tekstil, keluarga Lukminto dikenal agresif meraup untung dari lini bisnis yang terdiversifikasi, mulai dari hotel hingga wisata. 

Tak heran, jika kekayaan keluarga Lukminto berhasil mereka sulap hingga mencapai US$515 juta atau setara dengan Rp7,8 triliun. 

Apa saja bisnis yang dimiliki Keluarga Lukminto?

1. Tekstil

Awalnya, Sritex hanyalah sebuah usaha dagang atau UD Sri Redjeki yang didirikan oleh sang Ayah, Lukminto untuk memproduksi kain mentah dan bahan putihan di Solo pada 1966. 

Setahun kemudian, Lukminto membuka pabrik cetak pertama yang menghasilkan kain putih dan berwarna di Surakarta.
 
Pabrik kedua yakni pabrik tenun dibangun pada 1982.

Pabrik tekstil itu kemudian direlokasi ke Desa Jetis, Sukoharjo dengan nama PT Sri Rejeki Isman atau Sritex.
 
Pada 3 Maret 1992, pabrik Sritex diresmikan Presiden Soeharto bersama 275 pabrik aneka industri lainnya di Surakarta.

Setelah sukses di dalam negeri, Sritex mencoba menembus pasar Eropa pada 1992.

Perusahaan yang kini menjadi raksaksa tekstil di Asia Tenggara itu berhasil membuat seragam bagi NATO dan tentara Jerman yang kualitasnya diakui.

Halaman
123

Berita Terkini