Setelah lulus dari Bustanul Ulum, Alfarlaky melanjutkan studinya di UIN Ar-Raniry, Banda Aceh. Di sanalah ia semakin aktif, mulai dari berdakwah, menjadi orator, hingga terpilih sebagai presiden mahasiswa. Saat itu, ia hanya menggunakan sepeda ke mana-mana dan jarang pulang karena kondisi Aceh yang masih dilanda konflik. Justru sang ibunda yang sering datang mengantarkan makanan untuknya.
Bagi Ramlah, putranya adalah anak yang sangat berbakti. Setiap keputusan penting selalu diawali dengan meminta restu ibunya, termasuk ketika ia memutuskan untuk maju sebagai calon Bupati Aceh Timur. Dengan penuh haru, Ramlah menceritakan bagaimana Alfarlaky mencium kakinya dan memohon doa sebelum mendaftar sebagai kandidat.
“Saya bangga, meskipun kami dari keluarga sederhana, anak saya bisa melangkah lebih jauh,” ucap Ramlah dengan mata berkaca-kaca. Doanya tak pernah putus, dan kini ia menyaksikan sendiri bagaimana putranya berhasil mengukir jejak sebagai pemimpin Aceh Timur.(*)