Lewat ‘Class for Future Doctor’, Mahasiswa FK USK Dilatih Skill Visum et Repertum Ilmu Forensik

Editor: Eddy Fitriadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CFD - CIMSA Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (FK USK) melalui SCOME menggelar Class for Future Doctor (CFD), yang berlangsung dengan dua agenda utama, yaitu training pada 2 Maret 2025 dan one day project pada 15 Maret 2025. 

SERAMBINEWS.COM – Center for Indonesian Medical Students' Activities (CIMSA) Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (FK USK) melalui SCOME menggelar Class for Future Doctor (CFD). 

Dalam rilis yang diterima Serambinews.com disebutkan, CFD berlangsung dengan dua agenda utama, yaitu training pada 2 Maret 2025 dan one day project pada 15 Maret 2025. 

Mengusung tema “Unraveling the Secrets of Forensic Medicine”, CFD diadakan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mahasiswa dan mahasiswi kedokteran mengenai ilmu forensik, khususnya dalam skill visum et repertum yang dibutuhkan selama masa preklinik dan klinik. 

Untuk diketahui, visum et repertum adalah dokumen resmi yang dibuat oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan medis terhadap korban kejahatan, yang berfungsi sebagai bukti dalam proses peradilan hukum. 

Perkembangan teknologi di era industri 4.0 dan 5.0 juga membawa perubahan dalam ilmu forensik, seperti penggunaan Artificial Intelligence (AI) dalam analisis forensik dan digital forensik dalam penyelidikan kasus kejahatan. 

Oleh karena itu, mahasiswa kedokteran perlu memahami perkembangan terkini dalam ilmu forensik agar dapat beradaptasi dengan tantangan di masa depan. 

One day project diselenggarakan di Aula Gedung D FK USK dan dihadiri oleh 37 peserta dari mahasiswa kedokteran yang mendapat ajaran dari dokter forensik yang sangat berpengalaman dalam bidangnya, Prof Dr dr Taufik Suryadi SpF(K) Dipl.BE. 

Selain mendapat ilmu dari seorang dokter forensik, CFD juga menghadirkan seorang pemateri dari Bareskrimum (Badan Reserse Kriminal Umum) Polda Aceh, AKBP Benny Bathara SIK MIK, untuk menghadirkan dua sudut pandang berbeda dari masing-masing profesi dan peran dokter dan polisi dalam penciptaan sebuah visum. 

Setelah penyampaian materi, para peserta akan masuk ke sesi simulasi penyusunan visum et repertum agar memperoleh pengalaman langsung dalam mengintegrasikan ilmu forensik dengan keterampilan klinis dan hukum. 

Simulasi ini tidak hanya membantu meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam aspek teknis, tetapi juga mengasah kemampuan analitis dan pengambilan keputusan dalam kasus medis forensik. 

Dengan hadirnya CFD (Class for Future Doctor) 2025, diharapkan mahasiswa dan mahasiswi kedokteran bisa mendapat wawasan yang lebih mendalam dan mampu memahami peran dokter dalam penegakan hukum dan membantu dalam menegakkan keadilan, serta memiliki kompetensi dalam menyusun visum et repertum yang akurat dan sesuai standar.(rel/*)

 

Berita Terkini