SERAMBINEWS.COM - Pengguna media sosial di Tanah Air belakangan ini membicarakan drama malaysia berjudul Bidaah atau Bid'ah.
Bukan tanpa alasan, film tersebut meraup jutaan pasang mata penonton bahkan tak sampai satu bulan rilis di aplikasi Viu. Film ini mencuri perhatian terutama terkait karakter Walid yang diperankan oleh Faizal Hussein.
Karakter Walid digambarkan sebagai pemimpin sekte "Jihad Ummah" yang mengklaim dirinya sebagai Imam Mahdi, dan ajarannya dianggap menyimpang dari nilai-nilai Islam.
Beberapa adegan dalam serial ini, seperti sentuhan fisik antara karakter perempuan dan Walid, serta penggambaran hubungan intim dalam konteks sekte sehingga menuai kritik dari berbagai kalangan.
Di berbagai platform media sosial, terlihat di kolom komentar banyak warganet yang setuju dengan film tersebut karena menurut mereka mencerminkan atau menyinggung fanatik agama yang ada di Indonesia, namun ada pula yang menentang karena terkesan menjelekkan ulama.
Tanggapan Bijak Abi Mudi Terkait Film Bida'ah
Pendakwah asal Aceh yang juga sebagai pengasuh Dayah Mudi Mesra Samalanga, baru-baru ini dalam kajian dakwahnya yang berlangsung di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, ia memberikan tanggapan bijak terkait kontroversi yang muncul dari film drama asal Malaysia berjudul Bid'ah.
Hal tersebut disampaikan Abi Mudi, dimana awalnya ada seorang jamaah yang bertanya terkait pandangannya terhadap drama Malaysia viral tersebut.
Tanggapan itu lantas diunggah di akun Tiktok @al_ikhlas100 pada Jumat (18/4/2025).
Ingatkan Masyarakat untuk Tidak Tergesa-gesa Menyalahkan
Terkait persoalan yang ditampilkan dalam film Bidaah, khususnya mengenai karakter Walid dan isu tabaruk, menurutnya kita perlu menyikapinya dengan bijak.
Kita tidak tahu secara pasti ke mana arah tujuan dari pembuat film tersebut. Namun, jika dilihat dari narasi-narasi yang dikembangkan di dalamnya, ada kesan menyudutkan amaliyah sebagian kalangan Ahlussunnah wal Jamaah.
Ia menekankan bahwa sebagai umat, kita perlu mengambil posisi yang adil, tidak serta merta menyalahkan atau membenarkan sepenuhnya.
"Persoalan tentang film Walid, kita tidak tahu kemana arah tujuan orang buat film itu. Seperti yang di lihat dari naras-narasi yang di kembangkan di situ mungkin ada menyidiri amaliyah dan sebagian kalangan orang ahlisunnah waljamaah. Kita ini di posisi tidak menyalahkan 100 persen dan tidak membenarkan 100 persen, karena ada juga dalam sebagian kita yang bilang ghluw yang artinya berlebihan," ujarnya
Abi Mudi juga menjelaskan bahwa tabaruk (mengharap berkah dari peninggalan orang saleh) adalah amalan yang memiliki dasar dalam Islam.
“Mayoritas ulama membenarkan tabaruk bi atsar salihin, termasuk tabaruk dengan bekas air wudhu atau cucian tangan guru,” jelasnya.
Meski ada sebagian ulama seperti Ibnul Qayyim dan Ibnul Jauzi yang mengingkari amalan tersebut, namun menurutnya, praktik itu tetap diakui oleh mayoritas ulama klasik dan kontemporer.