Oleh: Bukhari M Ali *)
SABTU (3/5/2025) selepas Magrib, saya baru saja merebahkan badan di atas ranjang.
Sudah menjadi kebiasaan saya, usai Shalat Magrib selalu istirahat seraya memantau media sosial dan juga media mainstream, siapa tahu ada perkembangan yang menarik, setengah menarik, atau bahkan seperempat manarik.
Khusus perkembangan setengah menarik atau seperempat menarik adalah isu atau berita yang diposting di TikTok.
Sebab, TikTok tidak bisa dijadikan rujukan sebuah perkembangan informasi karena banyak sekali editan, bahkan sumbernya pun sama sekali tidak jelas.
Nah, kembali ke persoalan di atas. Di saat-saat saya sedang rebahan tersebut, tiba-tiba masuk telepon ke ponsel saya.
Saat saya lihat tertera penelponnya adalah Dek Gam (Nazaruddin Dek Gam), Wakil Ketua Umum DPP PAN, dan siang harinya baru saja ditunjuk oleh Ketum Zulkifli Hasan (Zulhas) sebagai Ketua DPW PAN Aceh periode 2024-2029.
“Bagaimana kondisi di lapangan, Bang?” tanya Dek Gam dari balik telepon selularnya.
Saya yakin, pertanyaan Dek Gam tersebut dimaksudkan untuk mengetahui reaksi publik setelah dirinya ditunjuk sebagai Ketua DPW PAN Aceh.
Saya pun menyampaikan ke Dek Gam bahwa berdasarkan pantauan warung kopi, media sosial, dan juga media mainstream mendapat sambutan penuh dengan kegembiraan.
“Mulai dari tadi siang sampai Magrib, media sosial lagi viral sekitar pemberian ucapan selamat kepada Bos DG,” kata saya.
“Tidak hanya para kader atau pengurus PAN sendiri, tetapi mereka yang berada di luar partai juga memberikan ucapan selamat,” tambah saya.
Saya pun yakin, Dek Gam sebenarnya mengikuti situasi ini, dan pertanyaan yang diajukan kepada saya hanyalah sebuah basi-basi saja.
Kemudian percakapan kami pun semakin mendalam seputar dirinya ditunjuk sebagai Ketua DPW PAN Aceh.
“Sebenarnya saya sudah sebelas kali menolak untuk menjadi Ketua DPW PAN, Bang. Tetapi, Pak Ketum tetap meminta saya untuk mengurus PAN Aceh,” ungkap Dek Gam.
“Saya tidak mungkin menolaknya, Pak Ketum sudah sangat baik kepada saya, banyak jabatan strategis dipercayakan kepada saya, baik sebagai Waketum DPP PAN maupun sebagai Ketua MKD DPR RI," ucapnya.
"Terus terang, saya tidak mampu membalas kebaikannya,” ungkap Dek Gam dengan suara bergertar.
Terbaca bahwa salah sartu cara bagi Dek Gam untuk membalas kebaikan Zulkas adalah mau menerima jabatan tersebut.
Sesungguh informasi penunjukan Dek Gam sebagai Ketua DPW PAN Aceh sudah disampaikan kepada saya sejak awal-awal Ramadhan 1446 H, sekitar minggu-minggu pertama Maret 2025.
Hanya saja, saya tidak mungkin menyampaikan info ini ke public.
Sebab itu bukan domain saya, dan juga takut nantinya bisa melemahkan semangat kader PAN lainnya yang punya keinginan untuk maju sebagai Ketua PAN Aceh.
Percakapan kami melalui telepon selular tersebut selanjutnya bergeser kepada calon pengurus DPW PAN Aceh.
“Saya tidak punya beban sedikit pun dan tidak terikat dengan siapa pun untuk menentukan pengurus PAN Aceh ke depan,” kata Dek Gam, ketika saya tanya siapa kemungkinan yang akan masuk menjadi pengurus PAN Aceh ke depan.
Saat itu terdendar nada suara Dek Gam lantang, sedikit pun tidak ada keraguan di dalamnya.
“Pak Ketum memberi kewenangan penuh kepada saya selaku formatur tunggal untuk menyusun pengurus, terserah saya mau isi siapa saja,” ulang Dek Gam berkali-kali.
Dari percakapan tersebut, saya bisa menangkap bahwa Dek Gam tidak terikat dengan siapa pun karena saat diri maju sebagai calon anggota DPR RI (selama dua periode) kemarin, dirinya tidak mendapat bantuan atau dukungan secara signifikan dari struktur partai, terutama di level pengurus DPW.
Sebaliknya, Dek Gam berjuang sendiri bersama keluarga dan teman-temannya, termasuk para pengurus Persiraja.
Berpijak dari kondisi ini, saya punya keyakinan cukup besar bahwa pengurus DPW PAN Aceh ke depan akan didominasi oleh kelompok ini.
Yakni orang-orang muda yang punya motivasi serta dedikasi yang tinggi untuk membesarkan partai.
Hitungan saya, anak-anak muda yang berlatar belakang sebagai pengusaha akan mendapat posisi sekitar 70 persen.
Artinya, wajah-wajah baru akan mendominasi struktur pengurus DPW PAN Aceh untuk lima tahun ke depan.
Sedangkan kaum perempuan tidak akan dipaksakan menjadi pengurus, kecuali bagi mereka yang memang punya kemampuan dan sudah teruji mampu mengurus partai.
Dengan bahasa lain, komposisi perempuan bukan hanya sekadar untuk memenuhi kuota. Nah?
*) PENULIS adalah Jurnalis Senior Harian Serambi Indonesia