Diketahui, Ilman dan Yusrizal sama-sama menjadi pekerja dalam proses pemusnahan amunisi kedaluwarsa di desanya.
Sebelum terjadi ledakan, Ilman ditugaskan kakaknya untuk mengambil air laut guna mengisi tandon persediaan air.
"Waktu kejadian saya disuruh ambil air ke laut, kakak saya masih terlihat waktu itu, tapi tiba-tiba ada ledakan. Saya berteriak A Iyus di mana, A Iyus di mana," ujar Ilman menjelaskan kepada awak media.
Saat mendekati titik lokasi, dirinya tak kuasa menahan kesedihan.
Ia histeris melihat orang-orang yang bertugas melakukan pemusnahan bom kadaluarsa berjatuhan.
"Saya lihat ke arah pesisir ada tubuh korban, saya jalan aja terus jalan seperti melayang," ungkapnya.
Ia kemudian mencari teman-temannya.
Namun, hasilnya tetap nihil, semua orang di lokasi bahkan kakaknya sendiri sudah tidak ada.
Ilman pun menjauh dari lokasi kejadian dan meminta pertolongan warga.
Ia tak menyangka tugas yang diberikan sang kakak kepada dirinya telah menjauhkannya dari maut.
Santunan Rp50 Juta dan Biaya Sekolah
Selain mendapatkan pendampingan psikologi, para keluarga korban juga mendapatkan santunan dengan nilai Rp 50 juta tiap keluarga.
Anak korban ledakan amunisi yang masih sekolah juga akan mendapatkan bantuan sekolah gratis.
Kabar itu disampaikan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat menemui keluarga korban ledakan amunisi di Garut pada Selasa (13/5/2025).