Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang
SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG – Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kualasimpang, Aceh Tamiang mengalami overkapasitas hingga 300 persen.
Selisih kelebihan penghuni yang sangat jauh ini menimbulkan dampak luas.
Khususnya hak istirahat dan aktivitas warga binaan permasyarakatan (WBP) yang tidak nyaman serta terganggu.
Kepala Lapas Kualasimpang, Mudo Mulyanto menyebutkan, kapasitas ruangan yang tersedia hanya untuk menampung sebanyak 154 warga binaan.
Namun faktanya, beber dia, saat ini warga binaan yang menghuni Lapas Kualasimpang sudah mencapai 464 orang.
“Sangat padat, over kapasitas hingga 300 persen,” kata Mudo kepada Serambinews.com, Minggu (15/6/2025).
Dari total 464 warga binaan tersebut, terdapat delapan narapidana (napi) wanita.
Dominasi kasus yang ditangani merupakan napi kasus narkotika sebanyak 71 persen.
Selebihnya terkait kasus pencurian, pelanggaran syariat Islam, dan tindak pidana berat lainnya.
Minim petugas
Di sisi lain, tingginya over kapasitas hunian di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kualasimpang, Aceh Tamiang yang mencapai 300 persen ternyata tidak diikuti jumlah petugas memadai.
Tercatat, hanya ada sembilan petugas jaga untuk mengawal warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang mencapai 464 orang.
Kepala Lapas Kualasimpang, Mudo Mulyanto blak-blakan menyatakan, kalau jumlah petugas secara keseluruhan hanya 71 orang.
Setelah dibagi sesuai tugas dan fungsi, tersisa hanya ada sembilan pegawai yang menjalankan tugas jaga.
“Kalau siang, hanya sembilan orang, memang kondisinya seperti itu,” ungkap Mudo, Minggu (15/6/2025).
Mudo meminta keluarga warga binaan maklum bila kemudian dia memperketat jadwal kunjungan.
Diketahui, jadwal kunjungan dari Senin hingga Jumat, dimulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 12 WIB.
Namun khusus Jumat, tidak diberlakukan titipan sore karena minimnya jumlah pegawai.
Mudo Mulyanto menyebut, kapasitas ruangan yang tersedia hanya untuk menampung 154 warga binaan.
Faktanya, saat ini warga binaan yang menghuni Lapas Kualasimpang sudah mencapai 464 orang.
“Sangat padat, over kapasitas hingga 300 persen,” sebutnya.
Mudo menyadari kepadatan yang sangat tinggi menciptakan rasa kurang nyaman bagi warga binaan.
Namun solusi terbaik berupa memindahkan sebagian napi ke Lapas lain tidak bisa terlaksana karena penjara lain juga mengalami persoalan yang sama.
“Solusinya harus dipindahkan, tapi ini kan sulit, karena Lapas lain juga over,” kata dia.
Mudo berinisiatif membuat Program Sabtu Rekreasional, yaitu menyediakan fasilitas bagi warga binaan untuk berolahraga dan karaoke setiap hari Sabtu.
Diakuinya, program ini sangat efektif untuk ‘membunuh’ kejenuhan para napi.
Di sisi lain, Mudo juga menekankan kepada pegawainya untuk memerhatikan menu dan kualitas makanan.
Dari beberapa kasus, makanan bisa menjadi pemicu keributan di dalam Lapas.
“Makanan juga menjadi perhatian kami, jangan sampai mereka protes karena makanan tidak sesuai,” ungkapnya.(*)