SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Langsa melalui Seksi Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Merawat Kebersamaan, Meneguhkan Moderasi Beragama di Tengah Keberagaman”, Kamis (19/6/2025) di Aula Liqa Kopi, Langsa.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program nasional Kementerian Agama yang bertujuan memperkuat deteksi dini terhadap potensi konflik sosial keagamaan, sekaligus menumbuhkan kesadaran kolektif tentang pentingnya nilai-nilai moderasi dalam kehidupan masyarakat yang majemuk.
Kepala Seksi Bimas Islam Kemenag Kota Langsa, Haswinduputra S.H.I., M.H saat membuka kegiatan mewakili Kakankemenag Langsa, H Fadli S.Ag menyampaikan, dinamika sosial dan kemajuan zaman telah melahirkan beragam tokoh dan pemikiran keagamaan. Namun, tidak semuanya berpijak pada semangat kebersamaan dan toleransi.
“Konflik sosial berlatar belakang agama kerap bermula dari kekeliruan dalam memahami ajaran agama itu sendiri. Karena itu, deteksi dini atas potensi konflik menjadi langkah penting sebagai bagian dari ikhtiar kita untuk mencegah perpecahan yang lebih besar dalam kehidupan bermasyarakat,” ujarnya.
Haswinduputra menambahkan, Kementerian Agama Kota Langsa berharap kegiatan ini dapat membangun kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga harmoni sosial di tengah keberagaman. “Ini bukan sekadar forum diskusi, tetapi bentuk nyata dari komitmen bersama untuk memperkuat toleransi, menjaga perdamaian, dan merawat persatuan bangsa,” tegasnya.
FGD ini menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang, termasuk akademisi, ulama, dan perwakilan pemerintah daerah, yang menyampaikan materi sesuai dengan perspektif kelembagaan dan keilmuan masing-masing.
Diskusi berlangsung dinamis dan konstruktif, dengan melibatkan peserta dari unsur Kemenag, Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU), organisasi kemasyarakatan, dan awak media se-Kota Langsa.
Seluruh peserta menyambut antusias forum ini sebagai ruang berbagi gagasan dan memperkuat komitmen bersama dalam menjaga kerukunan umat beragama.
Dalam diskusi tersebut, para narasumber menekankan pentingnya penguatan literasi keagamaan dan pendekatan inklusif dalam menyikapi perbedaan.
Dialog antarumat beragama, menurut mereka, harus terus digalakkan sebagai wujud konkret dari moderasi beragama. Mereka juga mendorong sinergi antara institusi pemerintah dan masyarakat sipil dalam menciptakan suasana damai dan berkelanjutan.(*)