Rekomendasi Wisata di Banda Aceh

Rekomendasi Wisata di Banda Aceh untuk Libur Muharram, dari Alam hingga Religi, Uang Masuk Murah!

Penulis: Firdha Ustin
Editor: Muhammad Hadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Raya Baiturrahman (MRB) Banda Aceh, menjadi wisata religi yang kerap didatangi oleh wisatawan.

SERAMBINEWS.COMMomen libur Muharram 1447 Hijriah menjadi waktu yang tepat untuk beristirahat sejenak dari rutinitas dan menikmati suasana baru.

Di Banda Aceh, berbagai destinasi wisata menarik siap menyambut wisatawan, mulai dari keindahan alam yang menenangkan hingga lokasi religi yang sarat sejarah dan makna spiritual. 

Perpaduan ini menjadikan Banda Aceh pilihan ideal untuk mengisi liburan dengan nuansa reflektif dan rekreatif.

Berikut beberapa rekomendasi wisata alam hingga religi di Banda Aceh, bisa jadi opsi jika kamu berkunjung ke Tanah Rencong.

1. Masjid Raya Baiturrahman

Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Aceh jika tidak mendatangi Masjid Raya Baiturrahman. 

Masjid megah kebanggaan rakyat Aceh ini berlokasi di pusat kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, Indonesia.

Selain menjadi wisata religi, masjid ini juga bersejarah.

Baca juga: Lhok Mata Ie, Surga Bahari Tersembunyi di Aceh Besar, Jadi Tempat Favorit Camping Anak Muda Aceh

Masjid ini dibangun pada tahun 1879 dan merupakan simbol agama, budaya, semangat, kekuatan, perjuangan dan nasionalisme rakyat Aceh.

Kemudian masjid ini adalah landmark Kota Banda Aceh sejak era Kesultanan Aceh dan Aceh saat ini.

Masjid ini juga dikenal karena menjadi salah satu bangunan yang selamat dari gempa bumi dan tsunami tahun 2004.

Jika wisatawan ingin berkunjung ke Masjid Raya Baiturrahman, sebaiknya menggunakan baju yang menutup aurat, jika perempuan memakai rok dan hijab.

Sementara bagi non muslim nantinya akan diberikan baju gamis oleh petugas masjid yang berada di depan pintu masuk.

ACEH RAMADHAN FESTIVAL - Pemerintah Aceh melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh kembali menggelar Aceh Ramadhan Festival di Pelataran Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, 12-17 Maret 2025. Festival ini menjadi bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN) 2025, kalender event nasional Kementerian Pariwisata RI. (For Serambinews.com)

Baca juga: Pesona Pantai Tebing Lampuuk, Estetiknya Bebatuan Menjulang Vertikal, Primadona Swafoto Wisatawan

2. Museum Tsunami Aceh

Tak jauh dari Masjid Raya Baiturrahman, anda bisa mendatangi Museum Tsunami Aceh.

Museum ini dirancang sebagai pengingat simbolis bencana gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004, serta sebagai pusat pendidikan dan tempat perlindungan darurat bencana jika daerah tersebut dilanda tsunami lagi.

Di Museum ini, kamu bisa mengenang para korban tsunami dan mendoakannya, beberapa sudut Museum juga bisa kamu jadikan spot foto dengan latar estetik.

Museum Tsunami Aceh memberlakukan penyesuaian harga tiket masuk dan jasa layanan berdasarkan ketentuan Qanun Nomor 4 Tahun 2024 tentang Pajak Aceh dan retribusi Aceh dengan rincian harga:

  • Anak-Anak/Pelajar Rp. 3.000,-
  • Dewasa Rp. 5.000,-
  • Wisatawan Mancanegara Rp. 20.000,-

Baca juga: Air Terjun Pria Laot Jadi Primadona Wisata Alam di Sabang, Akses ke Lokasi Bikin Gairah Adrenalin

Museum ini dibuka dari Sabtu s/d Kamis, Jumat tutup.

Adapun jam oprasionalnya mulai pukul 09.00-12.00 & 14.00-16.00 WIB.

Penampakan salah satu sisi lorong tsunami di Museum Tsunami Aceh. (SERAMBINEWS.COM/GINA ZAHRINA)

3. Kapal PLTD APUNG

Destinasi selanjutnya adalah Kapal PLTD Apung, letaknya tidak jauh dari Museum Tsunami.

Kapal ini merupakan Kapal Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung yang merupakan kapal generator listrik tenaga diesel milik PLN.

Pada saat tsunami tahun 2004 silam, kapal PLTD berbobot 2.600 ton, dengan panjang 63 meter, dan luas 1.600 meter persegi itu berlabuh di Ulee Lheuu namun terbawa gelombang tsunami sejauh 5 km hingga berada di Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh.  

Saat ini, Kapal PLTD Apung menjadi destinasi yang kerap dikunjungi wisatawan jika berkunjung ke Aceh.

Bisa dikatakan, PLTD Apung selain menjadi wisata sejarah juga memuat tentang informasi kebencanaan tsunami di bagian ruang dalamnya. 

Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke situs tsunami PLTD Apung, adapun harga tiket anak dan dewasa Rp 3.000, kelompok pelajar Rp. 2.000, anak dan dewasa (hari libur) Rp. 5.000 sementara anak di bawah 5 tahun gratis. 

Jadwal oprasional mulai pukul 08.30 - 12.00 hingga 14.00 - 17.00 sementara hari Jumat pukul : 14.00-17.00

Kapal Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung, monumen bersejarah yang berada di Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh, Kamis (24/10/2024). (SERAMBINEWS.COM/Syifa Salsabila)

4. Kapal di Atas Rumah Lampulo

Masih di seputar Kota Banda Aceh, ada satu situs bekas tsunami yang menjadi ikonik hingga kini, yakni kapal di atas rumah, Lampulo.

Kapal ini menjadi saksi bisu dari betapa dahsyatnya gelombang air ini adalah sebuah kapal kayu nelayan yang terdampar di atas rumah milik seorang warga, yang biasa disebut dengan “kapal diatas rumah”.

Kapal ini berbobot 20 ton, dengan panjang 25 meter dan lebar 25,5 meter yang berlokasi di Jalan Tanjung, Gampong Lampulo, Banda Aceh.

Berada ditengah permukiman warga yang begitu padat, kapal diatas rumah ini juga menjadi monumen bersejarah dari bencana tsunami yang terjadi pada 2004 silam. 

Sebelum bencana itu terjadi, kapal kayu tersebut berada di pelabuhan ikan sedang dilakukan perbaikan.

Kapal di Atas Rumah (Dispar Banda Aceh)

5. Pantai Ulee Lheue

Pantai Ulee Lheue bisa dijadikan sebagai penutup wisata di seputar kota Banda Aceh.

Pantai ini tidak jauh dari pusat kota, dengan menempuh 10 menit perjalanan dengan sepeda motor, anda sudah tiba. 

Sepanjang jalan menuju pantai Ulee Lheue, mata anda akan dimanjakan dengan birunya air laut dan angin yang menyejukkan tubuh.

Beberapa spot wisata yang bisa kalian datangi di seputar Pantai Ulee Lheue adalah Masjid Baiturrahim yang menjadi saksi bisu tsunami, sunset di dekat jembatan Ulee Lheue, main wahana bebek dayung, menikmati keseruan kuliner di dekat pelabuhan Ulee Lheue, memancing atau bahkan duduk santai.

Direkomendasikan jika anda berkunjung ke pantai Ulee Lheue saat sore hari, selain menawarkan pesona sunset, di lokasi ini lapak penjual kuliner juga mudah ditemui.

Senja di Pantai Ulee Lheue (SERAMBINEWS.COM/FIRDHA USTIN)

6. Wisata Alam Kolam Mata Ie

Kolam renang "Mata Ie" berlokasi di dekat Markas Resimen Induk Kodam Iskandar Muda, di desa Geundring, Kec. Darul Imarah, Aceh Besar.

Lokasinya tidak terlalu jauh karena hanya berjarak sekitar 7 Kilometer dari Pusat Kota Banda Aceh dan dapat di tempuh sekitar 17 menit saja. 

Lokasi wisata ini menyajikan pemandian alam yang bersumber langsung dari sumber mata air (Mata ie).

Kolam Mata Ie terbagi menjadi tiga petak kolam, ada kolam besar dan cukup dalam dan biasa dipakai oleh pengunjung yang bisa berenang, ada juga kolam sedang yang tidak terlalu dalam dan ada kolam persegi panjang seperti aliran sungai yang biasanya digunakan oleh ibu-ibu dan anak-anak. Kedalaman rata-rata kolam 0,5 sampai 3 meter

Ketika wisatawan berkunjung ke objek wisata ini, mata kita akan dimanjakan dengan pohon-pohon hijau tepat di sekeliling kolam yang menutupi kolam tersebut.

Bahkan ketika musim hujan airnya berwarna hijau jambrut yang jernih.

Ditambah lagi lokasinya juga sejuk dan nyaman karena berada tepat dibawah kaki bukit gunung kapur. 

Adapun harga tiket masuk senilai Rp 15.000 per sepeda motor.

7. Lapangan Blang Padang

Lapangan Blang Padang bukan hanya ruang terbuka hijau nan luas yang berada di jantung Kota Banda Aceh tetapi juga tempat sejarah dan multifungsi bagi masyarakat Aceh.

Dari era kolonial hingga masa kini, Blang Padang tetap menjadi simbol penting yang merekatkan sejarah, budaya, dan rekreasi dalam satu lokasi.

Di lokasi ini, anda bisa mencari aneka kuliner hingga berswafoto di dekat Replika pesawat RI-001, monumen perjuangan, serta pemandangan Gunung Seulawah dari kejauhan memberikan latar belakang foto yang ikonik. 

Cocok untuk para wisatawan atau pelajar yang ingin belajar sejarah sambil tetap menikmati aktivitas luar ruang.

Monument Pesawat Seulawah RI 001, sebagai situs pesawat pertama yang dimiliki Indonesia saat awal-awal kemerdekaan berdiri di sudut Lapangan Blang Padang, Kota Banda Aceh. (SERAMBINEWS.COM/MUHAMMAD NASIR)

(Serambinews.com/Firdha Ustin)

Berita Terkini