Perang Gaza

Disiksa dan Ditahan di Sel Bawah Tanah, Kondisi Dokter Pemberani dari Gaza, Abu Safiya Memburuk

Editor: Ansari Hasyim
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

PENYIKSAAN DOKTER - Dr Hussam Abu Safiya, direktur RS Kamal Adwan, terlihat dari dalam tahanan. Ia mendapat penyiksaan keras dan brutal dari dalam penjara.

SERAMBINEWS.COM - Dokter pemberani dari Gaza yang ditahan Israel Hussam Abu Safiya telah menderita pemukulan hebat di tahanan zionis selain ditolak perawatan medisnya, meskipun detak jantungnya tidak teratur, menurut pengacaranya.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Ghaida Qasem mengatakan Dr. Abu Safiya telah kehilangan lebih dari 40 kilogram sejak diasingkan oleh pasukan Israel pada bulan Desember tahun lalu dari rumah sakit Kamal Adwan di Gaza utara.

Saat diculik, beratnya 100 kg, tapi sekarang beratnya 60 kg, kata Qasem.

Pada tanggal 24 Juni, ia menjadi sasaran pemukulan parah yang berlangsung sekitar setengah jam, yang menargetkan dada, wajah, kepala, dan leher.

Baca juga: Kisah Dr Hossam Abu Safiya, hanya dengan Berseragam Jas Dokter Hadapi Mesin Pembunuh Israel

Pihak yang berwenang di Israel telah menolak memberikan pengobatan penting, perawatan, dan akses ke dokter spesialis, meskipun detak jantungnya yang tidak teratur.

Ditahan di sel bawah tanah yang tidak mendapatkan sinar matahari, pernyataan tersebut mencatat Dr. Abu Safiya tetap mengenakan pakaian musim dingin sambil mencakup kelaparan, perlindungan, dan isolasi.

Dokter yang Berdedikasi

Abu Safiya, seorang spesialis pediatri dan neonatologi sekaligus direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, diculik bersama staf medis dan pasien lainnya setelah pasukan Israel menyerang rumah sakit tersebut sebelum mendudukinya. 

Foto terakhir Dr Hossam Abu Safiya diambil oleh fotografer Muhannad Al-Muqayd, dan menunjukkan Dr Abu Safiya berjalan dengan gaun putihnya di tengah reruntuhan Rumah Sakit Kamal Adwan, yang dibakar oleh mesin perang Israel, dengan tank pendudukan.  (SERAMBINEWS.COM/MEDSOS)

Di bawah kepemimpinannya, staf medis memberikan perawatan kepada pasien di bawah pemboman tanpa henti dan di tengah kekurangan obat-obatan, peralatan, dan listrik yang parah.

Selama berbulan-bulan, ia telah meminta dunia, termasuk PBB, untuk campur tangan dalam mengakhiri serangan Israel yang terus berlanjut di wilayah kantong tersebut. Putranya dibunuh oleh tentara Israel pada Oktober 2024.

Dalam wawancara dengan Al Jazeera minggu lalu, istrinya, Lina Abu Safiya, menggambarkan suaminya adalah seorang dokter yang menolak meninggalkan pasiennya, meskipun ditawari kesempatan langka untuk melarikan diri dari daerah kantong yang terkepung.

Hussam Abu Safiya, direktur rumah sakit Kamal Adwan di Gaza, mengawasi perawatan seorang pria Palestina yang terluka dalam serangan Israel di Beit Lahia di Jalur Gaza utara, pada 21 November 2024. (SERAMBINEWS.COM/AFP)

"Dia bisa saja bergabung dengan saya di Kazakhstan," kata Lina, Merujuk pada negara asalnya, "tetapi dia bilang dia tidak bisa meninggalkan pasien atau rekan-rekannya. Dia yakin meninggalkan negaranya akan menjadi pengkhianatan terhadapnya."

Hingga kini 360 tenaga kesehatan telah ditahan sejak operasi militer Israel di Gaza pada Oktober 2023, menurut sumber medis yang dikutip oleh kantor resmi Palestina, WAFA. 

Mereka termasuk dokter dengan keahlian medis dan spesialisasi penting, yang selama ini tidak diberikan kepada pasien dan korban luka, demikian menurut laporan tersebut.

Lebih dari 57.000 orang tewas

Sejak Israel mengingkari gencatan senjata pada 18 Maret, negara itu telah membunuh dan melukai ribuan warga Palestina di seluruh Jalur Gaza melalui pemboman udara berdarah dan berkelanjutan.

Pada tanggal 7 Oktober 2023, setelah operasi Perlawanan Palestina di Israel selatan, militer Israel melancarkan perang genosida terhadap Palestina, menyebabkan lebih dari 57.000 orang, melukai lebih dari 137.000 orang, dan lebih dari 14.000 orang masih hilang.


Meskipun banyak negara di seluruh dunia secara terus-menerus mengutuk genosida Israel, hanya sedikit yang telah dilakukan untuk meminta pertanggungjawaban Israel.(*)

Berita Terkini