Lahir di Matangkuli, Aceh Utara, pada 3 Juli 1968, Ismail Rasyid bukan hanya sekadar pebisnis.
Ia adalah contoh nyata dari ketekunan, visi besar, dan semangat membangun kampung halaman.
Di masa mudanya, Ismail pernah menjadi kernet labi-labi untuk membiayai kuliahnya di Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala.
Kini, ia adalah pendiri sekaligus CEO PT Trans Continent, perusahaan multimoda transportasi yang beroperasi di lebih dari 80 negara.
Didirikan pada tahun 2003, PT Trans Continent berkembang pesat hingga memiliki puluhan kantor cabang di Indonesia dan luar negeri, termasuk di Australia, Filipina, dan Malaysia.
Di Aceh sendiri, perusahaan ini memiliki dua kantor di Banda Aceh dan Lhokseumawe, serta basecamp seluas puluhan hektare di Gampong Beurandeh, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar.
Namun, kesuksesan global tak membuat Ismail melupakan Aceh.
Ia aktif mendorong pembangunan Kawasan Industri Aceh di Ladong dan KEK Arun di Lhokseumawe.
Baginya, investasi bukan hanya soal profit, tetapi tentang masa depan daerah.
Beberapa poin penting tentang perjalanan dan kiprahnya:
- Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala
- Memulai karier dari bawah, pernah menjadi kernet labi-labi saat kuliah di Banda Aceh
- Mendirikan PT Trans Continent pada tahun 2003 di Balikpapan, Kalimantan Timur, kini memiliki puluhan cabang di Indonesia dan luar negeri (Australia, Filipina, dan Malaysia)
- Ikut terlibat dalam upaya mengembangkan Kawasan Industri Aceh (KIA) di Ladong dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun Lhokseumawe
- Menjabat sebagai Ketua Ikatan Alumni Universitas Syiah Kuala di Jakarta
Ismail dikenal sebagai sosok yang gigih, visioner, dan berkomitmen membangun Aceh melalui investasi strategis di sektor logistik, industri, dan kini peternakan.(*)