SERAMBINEWS.COM - CIMSA (Center for Indonesian Medical Students’ Activities) Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK) sukses menyelenggarakan acara internasional bertajuk GALAXY 2.0 x HELTRO 2025 (Global Student Award for Health of Syiah Kuala University x Health Challenges in Tropical Diseases: Combating Malaria, Filariasis, and Rabies). Acara ini diselenggarakan secara daring pada Sabtu, 2 Agustus 2025, dan bertujuan meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai kolaborasi global, penelitian ilmiah, dan pengendalian penyakit tropis.
Lebih dari 500 peserta dari 14 negara, termasuk Indonesia, Pakistan, Rwanda, Malaysia, dan Jepang, turut berpartisipasi dalam acara ini. GALAXY x HELTRO 2025 menjadi wadah strategis bagi mahasiswa kedokteran dan kesehatan, peneliti muda, serta pemerhati isu kesehatan global untuk berbagi pengetahuan dan memperluas jejaring internasional.
Berbagai sesi inspiratif disajikan dalam acara ini, meliputi Simposium General, Panel Discussion, SCO Session, dan Pengumuman Pemenang Kompetisi yang mencakup kategori Literature Review, Infographic, dan Video Documentary.
Pada sesi Simposium General, hadir sebagai pembicara utama Dr. Herdiana, M.Kes, M.Epi, National Professional Officer for Malaria and Vector-Borne Diseases Control and Prevention (VBDCP) dari WHO Indonesia. Ia menyampaikan materi berjudul "Tropical Medicine in the Global Health Agenda: Current Challenges and Future Prospects".
Dalam paparannya, Dr. Herdiana menyoroti pentingnya pendekatan kolaboratif lintas sektor dalam mengendalikan malaria, rabies, dan filariasis.
Ia menekankan pentingnya strategi multi-sektoral, seperti edukasi masyarakat, pengelolaan lingkungan, penggunaan kelambu berinsektisida, hingga penguatan legislatif. Selain itu, ia juga membagikan studi kasus keberhasilan eliminasi rabies di Meksiko dan integrasi surveilans filariasis di Timor Leste. Dr. Herdiana juga menegaskan peran vital generasi muda sebagai agen perubahan dalam kampanye terpadu, edukasi, riset, serta advokasi kebijakan kesehatan.
Sesi Panel Discussion turut menghadirkan tiga narasumber lintas negara, yakni:
- Dr. dr. Ichsan, M.Sc, SpKKLP, Subsp.FOMC (CIMSA Indonesia)
- Ms. Oviya Subramaniam (MSAI India)
- Ms. Yugashini Ganasan (MMAMS Malaysia)
Diskusi membahas berbagai strategi edukasi publik di negara masing-masing, termasuk kampanye media, program sekolah, dan pendekatan komunitas, seperti program 3M Plus dan Bulan Eliminasi Filariasis di Indonesia.
Para panelis juga menyoroti faktor lingkungan dan ketimpangan sosial-ekonomi sebagai akar dari tingginya prevalensi penyakit tropis di negara berkembang.
SCO Session: Kolaborasi dan Inovasi Antar Komite
Sesi SCO (Standing Committee) menampilkan enam komite CIMSA yang membawakan topik dari berbagai sudut pandang:
- SCOPE – dr. Hibban Ar Royan: Manfaat pertukaran profesional dalam memperluas wawasan mahasiswa kedokteran tentang sistem penanganan penyakit tropis di negara lain.
- SCORE – dr. Muhammad Ghifari Karsa: Perkembangan riset vaksin, obat, dan teknologi kesehatan tropis serta tantangan pengembangannya di negara berkembang.
- SCOME – dr. Muhammad Rais Shiddiq: Panduan klinis komprehensif mengenai diagnosis dan manajemen malaria, filariasis, dan rabies.
- SCOPH – dr. Intan Qanita: Strategi kesehatan masyarakat berbasis komunitas dan lintas sektor dalam mencegah dan mengendalikan penyakit tropis.
- SCORP – dr. Agung Prabowo: Dampak penyakit tropis dari perspektif hak asasi manusia dan urgensi pemerataan akses layanan kesehatan.
- SCORA – dr. Rijal Bulqini, Sp.OG: Dampak penyakit tropis terhadap kesehatan ibu dan anak serta pentingnya edukasi reproduksi di wilayah endemis.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap kreativitas dan kepedulian peserta, diumumkan pula pemenang kompetisi Literature Review, Infographic, dan Video Documentary.
Kompetisi ini mendorong mahasiswa untuk mengangkat isu-isu penting terkait penyakit tropis dengan pendekatan ilmiah dan visual yang menarik.
Kegiatan ini menjadi bukti konkret komitmen CIMSA FK USK dalam mendukung edukasi global dan pengendalian penyakit tropis melalui kerja sama internasional.
Tak hanya memperluas wawasan dan keterampilan mahasiswa, acara ini juga menginspirasi generasi muda untuk terus berkontribusi dalam menghadapi tantangan kesehatan dunia.
Diharapkan ke depannya, kolaborasi dengan organisasi internasional seperti WHO dan partisipasi dari berbagai negara dapat terus ditingkatkan, sehingga peran mahasiswa dalam mewujudkan dunia yang lebih sehat semakin nyata dan berkelanjutan.