"Komentar paling menyakitkan itu ketika ada yang bilang, ‘Nanti anaknya hitam, jelek, nggak ada yang mau’," kata Syarifah dengan nada sedih.
Ia menilai komentar negatif muncul dari ketidaktahuan dan mungkin juga rasa iri.
Bahkan sang suami sempat heran membaca komentar-komentar tersebut, terutama karena banyak datang dari akun yang mencantumkan identitas muslim.
"Suami saya bilang, 'Kok orang Aceh bisa komentar seperti ini? Kenapa semua diarahkan ke hal seksual?'" tambahnya.
Kini, Syarifah dan Adams tengah menikmati kehidupan rumah tangga lintas budaya.
Meski ada perbedaan dalam hal makanan atau gaya komunikasi, keduanya saling menyesuaikan.
Adams bahkan mulai belajar Bahasa Indonesia dan sedikit Bahasa Aceh.
Ia juga menyukai makanan khas Aceh seperti keumamah dan ikan tumis.
"Hal yang saya kagumi dari dia adalah kedisiplinannya. Dia sangat menghargai waktu dan selalu tepat waktu," kata Syarifah.
Di akhir perbincangan, Syarifah mengingatkan bahwa cinta tidak seharusnya dinilai dari warna kulit atau negara asal.
Namun, yang terpenting adalah kesamaan nilai, iman, dan komunikasi yang sehat.
"Menikah dengan pria beda ras bukan sesuatu yang luar biasa. Yang penting itu seiman dan sejalan. Jangan menyakiti hati orang lain hanya karena kita tak mengerti pilihan mereka," pungkasnya. (Serambinews.com/Firdha Ustin)