Laporan Rianza Alfandi | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh mencatat peningkatan kasus HIV/AIDS sepanjang Januari hingga Juni 2025. Berdasarkan data yang disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Banda Aceh, Supriady, total kasus tercatat mencapai 585, yang terdiri dari 475 kasus HIV dan 110 kasus AIDS.
Jumlah ini mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya, di mana pada Mei 2025 tercatat 566 kasus kumulatif.
“Dari total tersebut, mayoritas penderita merupakan laki-laki. Lebih lanjut, kelompok Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) menjadi penyumbang terbesar dengan 273 kasus, disusul oleh kelompok biseksual sebanyak 94 kasus, populasi umum 76 kasus, dan sisanya berasal dari kelompok lainnya,” kata Supriady kepada, Kamis (7/8/2025).
Supriady mengungkapkan, dari hasil wawancara dengan beberapa pasangan yang tertangkap, sebagian besar dari mereka terbukti positif HIV setelah dilakukan skrining. Kebanyakan merupakan pasangan sesama jenis laki-laki.
“Polanya mereka ini bertemu melalui aplikasi kencan berbasis media sosial. Cukup klik akun yang tampilannya menarik, janjian di suatu tempat, dan langsung melakukan aktivitas seksual berisiko, tanpa ada perkenalan atau bayaran. Mereka menyebutnya dengan istilah ‘have fun’,” jelasnya.
Aktivitas tersebut, kata Supriady, dilakukan atas suka sama suka dan cenderung tanpa rasa takut akan risiko penyakit. Bahkan, menurut Supriady, para pelaku menganggap HIV bukan lagi sesuatu yang menakutkan.
“Ketika ditanya apakah mereka tahu risiko penularan, mereka menjawab tahu. Tapi kalau kena HIV, tinggal minum obat. Mereka sudah tidak takut lagi,” ujarnya.
Ia mengungkap, saat ini mayoritas kasus HIV (sekitar 82 persen) berasal dari luar Banda Aceh. Untuk itu, Supriady mewanti-wanti potensi lonjakan kasus lokal dalam beberapa tahun ke depan.
“Meski demikian hal ini tidak bisa dibiarkan karena bisa saja lima tahun ke depan malah kasus itu banyak muncul dari Banda Acah sendiri,” ujarnya.
Baca juga: Kasus HIV di Banda Aceh Tinggi, ISAD: Perlu Ada Rehabilitasi Spiritual dan Psikologis
Selain itu, kata dia, pihak Palang Merah Indonesia (PMI) juga mencatat adanya pendonor darah yang terdeteksi mengidap HIV di Banda Aceh. Meski darah yang tercemar langsung dimusnahkan dan pendonor dihubungi kembali, tetapi tidak semua bersedia datang lagi.
“Kalau diistilah mereka (pengidap HIV/AIDS) itu ada yang sengaja buang darah, dengan harapan virusnya hilang. Padahal tidak seperti itu,” tambahnya.
Menanggapi tingginya kasus HIV/AIDS, pihaknya melalui koordinasi dengan keuchik dan perangkat gampong setempat telah mengambil langkah pencegahan.
Di mana, pihak perangkat gampong diminta untuk membuat reusam (aturan) terkait rumah sewa dan kos-kosan, serta melakukan pendataan dan penunjukan koordinator yang bertanggung jawab terhadap penyewa.
“Tujuannya agar bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, pemilik kos atau rumah sewa juga ikut bertanggung jawab,” ucapnya.