“Hanya analisis geologi yang rinci yang bisa memastikan apakah gundukan tanah itu benar mengandung emas atau mineral berharga lainnya,” ujarnya kepada Shafaq News.
Setelah ditelusuri, unsur yang dianggap oleh warga Suriah sebagai emas ternyata merupakan pirit atau kerap disebut sebagai “emas palsu”—mineral sulfida yang paling umum dijumpai pada batubara.
Pirit seringkali digunakan dalam industri pembuatan asam sulfat dan dapat menghantarkan listrik.
Meski demikian, peringatan ilmiah itu tidak mengurangi antusiasme warga.
Hingga kini, tak ada pemerintah atau otoritas setempat yang turun tangan memberi aturan atau pengawasan terhadap penggalian tersebut.
Tanda Kiamat
Bagi sebagian warga Raqqa, peristiwa menyusutnya air di Sungai Eufrat juga memiliki makna religius.
Fenomena ini kembali dikaitkan dengan perkataan Nabi Muhammad — Rasul Umat Islam — yang menyebut, “Kiamat tidak akan terjadi sebelum Sungai Eufrat surut dan menyingkap sebuah gunung emas, yang akan menjadi perebutan manusia.”
Ulama Islam Asaad al-Hamdani, dalam pernyataannya kepada Shafaq News, membenarkan keaslian hadits tersebut, tetapi mengingatkan agar tidak gegabah mengaitkan kejadian saat ini sebagai tanda kiamat.
“Narasi seperti ini memerlukan pemahaman keilmuan mendalam, apalagi jika hendak diaplikasikan pada peristiwa yang sedang berlangsung,” katanya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sungai Eufrat Mengering, Warga Suriah Berbondong-bondong Temukan Emas",