Berita Banda Aceh

Menembus Ombak, Tim Gabungan Kolaborasi Menyuarakan Hak Anak dan Perempuan di Pulau Nasi

Penulis: Yarmen Dinamika
Editor: Nur Nihayati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BERMAIN - Anak-anak Desa Deudap di Pulau Nasi, Kabupaten Aceh Besar, bermain bersama sejumlah aktivis Forum Anak Tanah Rencong (Fatar) di sela-sela kunjungan tim gabungan dari Kanwil HAM Aceh, DP3A Aceh, dan Fatar ke Pulau Nasi, Rabu (6/8/2025).

Terpencilnya lokasi tak menjadi alasan untuk menunda pemenuhan hak-hak dasar warganya, terutama hak anak dan

Lapisan Yarmen Dinamika l Jantho 

SERANBINEWS.COM  - Ombak yang menghantam lambung kapal tak menyurutkan semangat tim gabungan dari Forum Anak Tanah Rencong (Fatar), Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Aceh, dan Kantor Wilayah Hak Asasi Manusia (Kanwil HAM) Aceh untuk menyapa langsung masyarakat Pulau Nasi di ujung barat Indonesia, Rabu (6/8/2025).

Pulau Nasi, yang secara administratif berada di Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar, hanya bisa diakses melalui jalur laut.

Terpencilnya lokasi tak menjadi alasan untuk menunda pemenuhan hak-hak dasar warganya, terutama hak anak dan perempuan.

Kunjungan kerja ini menjadi tonggak penting kolaborasi lintas sektor dalam mendorong penegakan hak asasi manusia (HAM) dan pemenuhan hak anak di wilayah yang kerap luput dari perhatian.

Salah satu desa yang dikunjungi adalah Desa Deudap, sebuah permukiman kecil berpenduduk sekitar 200 jiwa.

Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan petani. 

Meski fasilitas pembelajaran di desa ini serbaterbatas,  semangat warga Deudap untuk belajar dan berdialog begitu kuat.

Rombongan tiba melalui Pelabuhan Lamteng dan langsung menuju Deudap, dipimpin oleh Kepala Kanwil HAM Aceh, Bukhari MH, didampingi Kabid Pelayanan dan Kepatuhan HAM, Hasballah MH, serta perwakilan dari DP3A Aceh, Fatar, Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Sakinah, dan Yayasan Lentera Habibi.

Setibanya di sana, para tamu disambut hangat oleh Sekretaris Desa, tuha peuet, dan kelompok perempuan Desa Deudap. 

Diskusi digelar secara informal di sebuah warung kopi sederhana ruang yang lekat dengan budaya Aceh sebagai tempat berkumpul dan bertukar pikiran.

Pilihan tempat ini bukan tanpa alasan: suasana yang santai justru membuka ruang diskusi yang mendalam dan menyentuh banyak aspek kehidupan warga.

Dalam perbincangan tersebut, perwakilan tuha peuet menekankan pentingnya perhatian pemerintah terhadap desa mereka. 

“Kami ingin pendampingan yang berkelanjutan.

Halaman
123

Berita Terkini