"Waktu sekolah, dia tidak pernah cerita ingin masuk TNI. Tahu-tahu beberapa tahun kemudian saya lihat postingan di Facebook, dia sudah jadi prajurit," kata Samsul.
Kabar duka tentang gugurnya Pratu Yahya awalnya sulit dipercaya oleh Samsul.
Ia sempat mencari informasi melalui media sosial dan internet, berharap kabar itu tidak benar.
Namun, saat melihat unggahan teman-teman sekelas yang menyertakan foto almarhum dan pesan duka di grup alumni, barulah ia percaya.
"Saat itu baru saya percaya. Rasanya berat menerima kenyataan bahwa teman sekelas saya dulu, yang begitu tenang dan baik, kini telah tiada," ujar Samsul.
Kepergian Pratu Yahya meninggalkan kesan mendalam bagi mereka yang pernah mengenalnya.
Dari seorang siswa pendiam di SMKN 2 Marabahan, ia tumbuh menjadi prajurit yang mengabdi pada negara.
Meski tak banyak bicara, Yahya telah menunjukkan keteladanannya lewat sikap dan pengabdian.
Baca juga: Kontak Senjata TNI dan OPM di Yahukimo, 2 Anggota OPM Egianus Kogoya Tewas Ditembak
Kronologis Gugurnya Prada Yahya
Prada Yahya dilaporkan gugur dalam kontak tembak antara TNI dengan anggota Organiasasi Papua Merdeka (OPM) di Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, Jumat (8/8/2025) sekitar pukul 10.05 WIT.
Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah gerakan separatis yang bertujuan untuk memisahkan wilayah Papua dari Negara Kesatuan Republik Indonesia dan mendirikan negara merdeka di tanah Papua.
Gerakan ini telah berlangsung sejak awal 1960-an dan menjadi salah satu konflik berkepanjangan di Indonesia.
Kontak tembak terjadi antara aparat dan anggota OPM pimpinan Joshua Maiseni di Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Kabupatan Intan Jaya.
Joshua Maiseni merupakan anak buah dari Undius Kogoya.
Kejadian bermula ketika tim dari TNI mendengar bunyi letusan tembakan sebanyak 1 kali dari arah barat.