Liputan Eksklusif Aceh

Penggunaan Bahasa Aceh di Kota Langsa Menurun Hingga Jarang Terdengar

Penulis: Zubir
Editor: Mursal Ismail
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

WARGA LANGSA - Warga Kota Langsa, Khairun Nufus, SP, menanggapi soal menurutnya penggunaan Bahasa Aceh di Langsa.

Hal ini dipengaruhi oleh modernisasi, globalisasi, serta pergeseran preferensi bahasa ke Bahasa Indonesia bahkan bahasa asing di kalangan generasi muda.

Laporan Zubir | Langsa

SERAMBINEWS.COM, LANGSA - Bahasa Aceh merupakan identitas budaya dan alat komunikasi utama bagi sebagian besar masyarakat Aceh. 

Namun, berdasarkan hasil penelitian di Kota Langsa yang memiliki masyarakat multikultural dan cenderung lebih urban, penggunaan Bahasa Aceh sebagai bahasa ibu mengalami penurunan signifikan. 

Hal ini dipengaruhi oleh modernisasi, globalisasi, serta pergeseran preferensi bahasa ke Bahasa Indonesia bahkan bahasa asing di kalangan generasi muda.

Fenomena ini tidak hanya berdampak pada kehilangan identitas kultural, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran terkait pelestarian warisan budaya lokal. 

Berdasarkan data Statistik pada tahun 2024 jumlah penduduk Kota Langsa 182 ribu jiwa lebih dengan berbagai suku yang ada yaitu suku Aceh, Jawa, Batak, Tamiang atau Melayu, Padang, dan suku-suku lainnya.

Selama ini penggunaan bahasa Aceh memang mulai jarang terdengar di tempat umum, salah satunya disebabkan di Kota Langsa masyarakatnya berasal dari berbagai latar suku.

Baca juga: Mahasiswa USK Gelar Lomba Mewarnai Hingga Terjemahkan Cerpen ke Bahasa Aceh 

Bahasa Aceh Mulai Jarang Terdengar

Salah seorang warga Kota Langsa, Khairun Nufus, SP, kepada Serambinews.com, mengaku, dirinya masih menggunakan bahasa Aceh.

Tetapi umumnya saat berada di rumah saat berinteraksi dengan orang tua dan saudara.

Namun, saat berada di tempat umum seperti cafe/warkop, pasar, dan lainnya mungkin lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia, karena lawan bicara juga tidak berbahasa Aceh. 

Ia mencotohkan, saat masih beranjak SD hingga SMA dengan kondisi saat ini memang jauh berubah, dulu mungkin sesama anak Aceh masih berinteraksi dengan Bahasa Aceh.

Tetapi saat ini, penggunaan bahasa Aceh walaupun sesama anak dari suku Aceh sudah jarang terdengar.

Baca juga: Dapat Skor 3 dari UNESCO dan Terancam Punah, Masyarakat Diajak Lestarikan Bahasa Aceh Sejak Dini

Mungkin itu didasarkan kebiasaan di lingkungan sekitar dan di rumah yang tidak lagi menggunakan bahaa Aceh.

Penyebab utama hilangnya penggunaan Bahasa Aceh ini, selain dari rumah antara orang tua dan anak tidak menggunakan bahasa Aceh, teknologi seperti gedge termasuk televisi yang menggunakan bahasa Indonesia, sehingga anak-anak sekarang terbiasa berbahasa Indonesia. 

Kemudian menggunakan Bahasa Aceh pada sebagian anak Aceh sendiri juga menganggapnya kolot atau gengsi, sehingga Bahasa Aceh bagi mereka menjadi tabu dan semakin memudar. 

Kondisi yang terus terjadi ini, Nufus khawatirkan akan berdampak hilangnya indetitas ke-Acehan pada anak Aceh sendiri yang ada di wilayah ini.

Perlu adanya duduk bersama Pemerintah terkait atau lembaga-lembaga terkait lainnyaseperti MAA untuk membahas kondisi ini sebagai  upaya pelestarian bahasa daerah tersebut.

Bahkan di tingkat Provinsi Aceh, Lembaga Wali Nanggroe harus  melihat dan berperan untuk mencari solusi, dalam rangka menjaga bahasa daerah di Aceh ini. (*)

Baca juga: Budaya dan Bahasa Aceh Urgensi dan Upaya Pelestariannya

Berita Terkini