Kesehatan

Zaidul Akbar Ungkap Bahaya Pemanis Buatan, Picu Gagal Ginjal Dilarang untuk Ibu Hamil & Anak Kecil

Penulis: Firdha Ustin
Editor: Amirullah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Dokter sekaligus pakar herbal sunnah, dr Zaidul Akbar, mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati dengan bahan pemanis buatan, karena bahan tambahan ini diam-diam menyimpan risiko serius bagi kesehatan, Rabu (20/8/2025).

SERAMBINEWS.COM – Kasus gagal ginjal yang marak belakangan ini kembali memantik perhatian publik. Salah satu faktor yang disinyalir ikut memicu meningkatnya kasus tersebut adalah tingginya konsumsi pemanis buatan dalam makanan dan minuman kemasan.

Dokter sekaligus pakar herbal sunnah, dr Zaidul Akbar, mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati dengan bahan pemanis buatan, karena bahan tambahan ini diam-diam menyimpan risiko serius bagi kesehatan.

Dikutip Serambinews.com dari kanal YouTube dr Zaidul Akbar Official, Rabu (20/8/2025), dr Zaidul Akbar mengatakan, tidak mungkin kasus gagal ginjal muncul tanpa sebab.

Salah satu faktor yang patut dicurigai adalah konsumsi pemanis buatan yang kini semakin marak digunakan di berbagai produk makanan dan minuman kemasan.

“Sekarang kasus-kasus yang gagal ginjal itu, kalau ditanya ada enggak yang bermasalah dari apa yang mereka minum? Ada pasti. Enggak mungkin enggak ada. Salah satunya pemanis buatan,” ujar dr Zaidul Akbar.

Ia menambahkan, hampir semua minuman kemasan, termasuk kopi sachet hingga minuman murah seribuan, kini sudah berlimpah dengan pemanis buatan.

Baca juga: Ternyata Waktu Terbaik Minum Air Adalah Setelah Bangun Tidur, Ini Alasannya Kata dr Zaidul Akbar

Padahal, jika diperhatikan dengan seksama, di bagian bawah label produk biasanya ada peringatan khusus.

“Coba lihat semua makanan minuman yang ada pemanis buatannya, maka Anda akan menemukan peringatan di bawahnya. Biasanya ditulis: jangan dikonsumsi oleh ibu hamil, menyusui, bayi, dan anak di bawah lima tahun,” jelasnya.

Karena itu, dr Zaidul Akbar mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati memilih makanan dan minuman sehari-hari.

Ia juga menegaskan bahwa masyarakat perlu meningkatkan kesadaran membaca label komposisi dan peringatan sebelum mengonsumsi produk kemasan.

“Kalau saya sebutkan jenis pemanisnya nanti bisa heboh sedunia. Jadi silakan cari tahu sendiri apa saja jenisnya,” pungkasnya.

Baca juga: dr Zaidul Akbar: Jangan Dikit-Dikit Baper & Emosian, Belajar Memaafkan Bisa Jaga Imunitas Tubuh

Sering Ngemil Gorengan dan Manis-Manis? dr Zaidul Akbar Ungkap Itu Pertanda Jiwa Sedang ‘Lapar’

Praktisi kesehatan berbasis herbal dan sunnah, dr Zaidul Akbar, mengingatkan masyarakat untuk lebih peka terhadap kebiasaan makan sehari-hari.

Menurut dr Zaidul Akbar, pola makan seseorang bukan hanya soal jasad, tetapi juga erat kaitannya dengan kondisi jiwa.

dr Zaidul Akbar mencontohkan, banyak orang yang setiap hari terbiasa mengonsumsi gorengan, tepung, gula pasir dan makanan olahan lain tanpa sadar bahwa hal tersebut justru merugikan kesehatan.

“Sekarang saya tanya, kalau dia makan itu tiap hari bikin sehat atau enggak sehat? Jelas bikin enggak sehat. Akal kita akan mengatakan begitu,” ujar dr Zaidul Akbar dikutip Serambinews.com Senin (18/8/2025) dari kanal YouTube dr Zaidul Akbar Official.

dr Zaidul menjelaskan, sering kali orang tetap makan berlebihan meski akalnya sudah tahu makanan itu tidak sehat. Menurutnya, hal itu terjadi karena ada kebutuhan jiwa yang tidak terpenuhi.

“Karena ada sesuatu yang berkaitan sama jiwanya. Apa yang dia makan itu sebenarnya tempat pelampiasan dia untuk merasakan atau mendapatkan apa yang dia tidak dapatkan dari jiwanya,” jelasnya.

Ia menegaskan, makanan fisik seseorang adalah cerminan dari jiwanya.

Fenomena ini makin jelas terlihat pada pola konsumsi masyarakat saat ini.

Menurut dr Zaidul Akbar, jajanan zaman sekarang kebanyakan berbahan dasar tepung dan bercita rasa manis.

“Sekarang ini jajanan berlimpah ruah. Bahan bakunya apa? Satu, tepung dengan berbagai macam nama. Kedua, mereka butuh manis. Kebanyakan jajanan dijual manis semua. Jadi enggak mau lagi orang tuh untuk merasakan pahit,” katanya.

Padahal, lanjut dr Zaidul Akbar, rasa pahit juga dibutuhkan tubuh untuk menyeimbangkan tubuh.

“Pahit itu dibutuhkan. Di balik kecenderungan makanan seseorang, ada jiwa yang sebenarnya sedang meminta diberikan makanan,” ungkapnya.

dr Zaidul Akbar kemudian mengingatkan bahwa manusia tidak hanya terdiri dari tubuh semata, tetapi juga akal dan jiwa. Semuanya saling terhubung dan tidak bisa dipisahkan.

“Manusia itu ada jasadnya, ada akalnya, ada jiwanya. Ini semua satu paket, enggak bisa pisah-pisah,” pungkasnya. (Serambinews.com/Firdha Ustin)

Berita Terkini