Lifestyle

Kenapa Wanita Sering Bingung Saat Lihat Maps? Ini Penjelasan Neurosainsnya Menurut Dr Aisah Dahlan

Ia menyarankan agar tidak mengganggu laki-laki dengan percakapan lain saat mereka sedang fokus menyetir dan mencari arah.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Amirullah
Meta AI & Instagram @draisahdahlan
Suami-istri navigasi perjalanan bersama, sang istri membantu menentukan arah menggunakan smartphone sementara sang suami fokus menyetir. 

SERAMBINEWS.COM – Banyak wanita merasa kesulitan saat membaca peta digital (maps), terutama ketika harus menentukan arah belok atau posisi di jalan. 

Tak jarang hal ini menimbulkan perdebatan kecil antara suami dan istri saat dalam perjalanan.

Pakar neurosains dan psikologi, Dr Aisah Dahlan, menjelaskan bahwa fenomena ini bukan karena perempuan tidak bisa membaca peta, melainkan karena cara kerja otak laki-laki dan perempuan berbeda dalam hal orientasi arah dan pemrosesan informasi visual.

Menurut Dr Aisah Dahlan, struktur otak laki-laki cenderung lebih kuat dalam hal spasial dan orientasi arah, sehingga mereka lebih cepat memahami peta secara keseluruhan.

Laki-laki dapat membayangkan posisi dan arah seolah-olah melihat dari atas (bird’s eye view), dan karenanya dapat dengan mudah menentukan jalan walau belum pernah melewatinya.

Sementara itu, perempuan mengandalkan tanda-tanda visual atau landmark, bukan peta mental. Mereka mengingat arah dengan patokan visual, misalnya “belok setelah masjid hijau” atau “di depan toko roti”.

Baca juga: Bukan Cuek, dr Aisah Dahlan Ungkap Alasan Suami Jarang Tatap Mata Istri Saat Bicara: Karena Anatomi

“Perempuan itu mengingat tanda, bukan membayangkan peta. Itu sebabnya saat lihat maps, sering bingung. Kalau tidak ada tanda yang familiar, mereka butuh waktu lebih lama untuk orientasi,” jelas Dr Aisah dalam penjelasannya dikutip dari kanal YouTube Kajian Islami, Selasa (7/10/2025).

Dr Aisah Dahlan juga mencontohkan perbedaan ini saat pasangan sedang dalam perjalanan mencari jalan keluar tol.

Ia menyarankan agar tidak mengganggu laki-laki dengan percakapan lain saat mereka sedang fokus menyetir dan mencari arah.

“Kalau suami lagi cari jalan keluar tol, jangan ajak ngobrol. Bagian otak yang mengatur arah sedang bekerja penuh. Kalau diganggu, dia bisa salah jalan,” ujar Dr Aisah Dahlan.

Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki cenderung menggunakan satu fokus dalam satu waktu (single focus), sedangkan perempuan lebih terbiasa multitasking. Karena itu, saat mencari jalan, laki-laki membutuhkan konsentrasi penuh.

Baca juga: Kisah Pilu di Balik Kiprah dr Aisah Dahlan Tangani Pecandu Narkoba: ‘Yang Pertama Kena Adikku…’

Peran Otak dalam Navigasi

Perbedaan ini muncul dari cara kerja otak yang terbentuk sejak masa awal kehidupan manusia.

Laki-laki, sebagai “pemburu” secara evolusi, terbiasa menjelajahi wilayah luas dan mengandalkan orientasi arah jarak jauh.

Perempuan, sebagai “penjaga sarang”, fokus pada lingkungan sekitar dan tanda visual agar bisa mengenali kondisi sekeliling dengan baik.

Perbedaan fungsi ini terbawa hingga kini, memengaruhi cara laki-laki dan perempuan menghadapi navigasi modern.

Tips dari Dr Aisah Dahlan

Agar pengalaman menggunakan maps lebih lancar, Dr. Aisah menyarankan:

  • Perempuan sebaiknya memperhatikan orientasi maps lebih dulu sebelum jalan.
  • Gunakan fitur panduan suara agar tidak bingung bolak-balik melihat layar.
  • Tandai landmark penting di rute perjalanan.
  • Jika bersama pasangan, komunikasikan arah dengan jelas tanpa terburu-buru.

Baca juga: Suka Bandingkan Suami dengan Laki-Laki Lain? dr Aisah Dahlan Ungkap Dampak Mengejutkan

Jadi, wanita sering bingung saat melihat maps bukan karena kurang mampu, melainkan karena otaknya bekerja dengan sistem yang berbeda dari laki-laki.

Dengan memahami perbedaan ini, pasangan bisa lebih saling mengerti, menghindari konflik kecil di jalan, dan membuat perjalanan jadi lebih menyenangkan.

Dr Aisah Dahlan Ungkap Cara Bicara ke Suami yang Bikin Luluh: Jangan Lebih Lembut ke Rekan Kantor!

Cara berbicara seorang istri kepada suami ternyata berpengaruh besar terhadap perasaan dan psikologis suami.

Cara berbicara seorang istri kepada suami ini disampaikan oleh Dr Aisah Dahlan, pakar neurosains dan konsultan keluarga dalam salah satu kajiannya.

Menurut dr Aisah Dahlan, banyak istri yang tanpa sadar justru berbicara lebih lembut dan sopan kepada atasan atau rekan kantor dibandingkan kepada suami sendiri.

Padahal, nada bicara lembut kepada pasangan dapat membuat hati suami luluh dan mempererat keharmonisan rumah tangga.

Dikutip Serambinews.com dari kanal YouTube Suas Videos, Sabtu (4/10/2025), dalam kajian dakwahnya dr Aisah Dahlan menceritakan pengalamannya saat menyadari kesalahan dalam cara berkomunikasi dengan suami.

Ia mengaku dulu sering menjawab telepon suaminya dengan nada suara yang keras dan tegas, seolah ingin menunjukkan kemandirian.

“Dulu saya merasa karena saya kerja, punya uang, mandiri, jadi kalau suami telepon, saya jawabnya agak gede: ‘Waalaikumsalam!’” tuturnya.

Padahal, kata dr Aisah Dahlan, suara rendah dan lembut dari suami saat memberi salam sebenarnya merupakan bentuk godaan bawah sadar dan cara suami menunjukkan kasih sayang.

Namun sering kali, istri justru membalasnya dengan nada tegas dan formal, seperti berbicara dengan rekan kerja.

Ia mencontohkan bagaimana perempuan kerap berbicara sangat sopan dan lembut kepada atasan atau rekan kerja, namun berbeda saat berbicara kepada suami.

“Kalau sama pak camat atau atasan di kantor, kita bilangnya ‘Siap pak, baik pak...’ dengan nada halus. Tapi sama suami, suaranya malah kaku dan nada komando,” jelasnya.

Lebih lanjut, jadi kalau ditelepon suami: ‘Asalamualaikum…’ jawabnya juga lembut: ‘Waalaikumsalam, ayah~’

Menurut dr Aisah Dahlan, pola komunikasi seperti ini dapat berdampak pada perasaan suami.

Saat istri berbicara dengan nada tegas dan terlalu mandiri, suami bisa merasa perannya tidak dibutuhkan.

Padahal, secara biologis dan psikologis, laki-laki akan lebih luluh dan merasa dihargai jika mendengar suara istri yang lembut dan manja.

Ia bahkan menyarankan para istri untuk belajar menyesuaikan nada bicara, misalnya dengan berlatih menggunakan suara lembut saat menerima telepon dari suami.

“Latihan, Bu. Karena selama ini kebalik. Sama suami ngomongnya kaku, tapi sama orang lain malah lembut,” pungkas Dr Aisah Dahlan. (Serambinews.com/Firdha)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved