Breaking News

Berita Aceh Utara

Kamaruddin Sah Raih Doktor Komunikasi Damai Pertama di Indonesia, Dapat Pengakuan jadi Model Terbaik

“Meski ada beberapa catatan perbaikan, substansi penelitian dinilai sangat kuat karena menawarkan model komunikasi damai yang bisa menjadi acuan...

Penulis: Jafaruddin | Editor: Nurul Hayati
For Serambinews.com
Kamaruddin Hasan, Sekretaris Jurusan Ilmu Politik dan Ilmu Komunikasi FISIP Unimal foto bersama dengan Ketua Sidang, Promotor dan Co-Promotor serta penguji seusai sidang promosi doktor di Aula Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera Utara, Rabu (17/9/2025) pukul 10.00 WIB. Foto kiriman Kamaruddin.        

Ujian terbuka ditutup dengan pernyataan bahwa penelitian Kamaruddin Hasan memperkuat khazanah ilmu komunikasi politik, sekaligus menghadirkan kontribusi nyata bagi upaya perdamaian di Aceh dan dunia.

Sebelumnya pada 28 Agustus 2025 Kamaruddin sudah mengikuti ujian promosi doktor di UIN Sumatera Utara, yang diadakan Kampus Pancing.

Dalam penelitiannya, Kamaruddin menjelaskan bahwa komunikasi damai Partai Aceh berjalan melalui simbol-simbol adat, positive peace, serta media berbasis kearifan lokal.

Kearifan lokal diposisikan sebagai jembatan resolusi dan transformasi konflik dengan prinsip dialogis, inklusif, ukhuwah, serta amar ma’ruf nahi munkar.

“Prinsip harmoni adat dan agama, sebagaimana falsafah Aceh hukom ngon adat lagee zat ngon sifeut, menjadi fondasi penting komunikasi damai Partai Aceh,” ungkap Ketua ASPIKOM Aceh.

Ia menegaskan bahwa perdamaian Aceh bukan hanya hasil perjanjian politik, tetapi juga buah dari integrasi nilai Islam dengan kearifan lokal.

Model yang ditawarkannya adalah Model Komunikasi Integratif Kultural Religius, yang menggabungkan dimensi adat Aceh—seperti meusapat, peusijuek, peumulia jamee, dan musyawarah gampong—dengan nilai Islam seperti amar ma’ruf nahi munkar, ukhuwah, dan musyawarah.

Menurut Kamaruddin, model komunikasi damai ini relevan untuk pembangunan perdamaian inklusif dan berkelanjutan di Aceh.

Lebih jauh, ia menilai bahwa kearifan lokal Aceh berperan strategis sebagai mekanisme resolusi konflik sekaligus media edukasi politik, termasuk di era digital.

“Partai Aceh merupakan simbol keberhasilan perdamaian, tetapi keberlanjutannya bergantung pada kemampuan beradaptasi dengan demokratisasi dan tuntutan masyarakat,” jelas Kamaruddin.

Disertasi ini juga membandingkan dinamika partai lokal di berbagai negara.

Di Eropa, partai seperti ERC di Catalonia, PNV di Basque, dan SNP di Skotlandia menunjukkan peran penting dalam memperjuangkan otonomi bahkan kemerdekaan wilayah.

Di Asia, partai regional India seperti Trinamool Congress atau Shiv Sena memainkan pengaruh besar di tingkat negara bagian.

Sementara di Indonesia, hanya Aceh yang secara hukum diizinkan memiliki partai lokal berdasarkan MoU Helsinki.

Fenomena serupa juga terjadi di Afrika, Amerika Latin, hingga Filipina, di mana partai lokal sering menjadi representasi suara komunitas, agen perubahan, bahkan penyeimbang kekuatan nasional.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved