Menabung Emas
Geliat Menabung Emas dari Bumi Aceh: Kisah Menyepuh Asa, Mengukir Impian Bersama Pegadaian Syariah
Perempuan asal Aceh Besar ini membuka buku tabungan emasnya pada 2016 dengan mimpi sederhana, melanjutkan pendidikan S2...
Penulis: Sara Masroni | Editor: Eddy Fitriadi
Laporan Sara Masroni | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Jemari Hanifah (35), masih sibuk memantau dan berkelana dalam layar ponselnya. Sambil menyeruput kopi, perempuan asal Aceh Besar itu mengecek grafik dan menyaksikan rupiah demi rupiah yang dikumpulkannya selama ini menjadi kepingan emas digital di aplikasi Pegadaian Syariah.
“Hampir setiap bulan sudah rutin, 50 persen dari penghasilan saya masuk ke tabungan karena emas ini nilainya naik terus, tren jangka panjang tidak pernah turun,” ucap Hanifah penuh keyakinan saat menceritakan gaya investasinya yang cenderung agresif soal menabung emas di salah satu warung kopi legendaris kawasan Ulee Kareng, Banda Aceh, Minggu (14/9/2025).
Baginya, menabung emas dimulai dari hal paling kecil, bahkan sekarang sudah bisa dari Rp 10 ribuan saja. Dia juga sempat mengenang pernah membeli emas dari honor yang diterimanya sebesar Rp 200 ribu, usai mengisi acara di kampung halaman.
“Ada kebanggaan tersendiri melihat portofolio yang bertambah, dimulai dari uang Rp 100 ribuan atau kurang dari itu,” tambahnya.
Cerita Hanifah adalah potret semangat generasi baru dalam berinvestasi. Perempuan asal Aceh Besar ini membuka buku tabungan emasnya pada 2016 dengan mimpi sederhana, melanjutkan pendidikan S2. Meski komitmen itu sempat urung, kini dengan disiplin tinggi, separuh dari penghasilannya dialirkan ke tabungan emas.
Komitmennya terbayar. Tabungan itu beberapa kali menjadi penyelamat, seperti saat mobilnya rusak dan membutuhkan biaya perbaikan Rp 3 juta. “Kita ada tabungan sendiri, bisa cairkan di hari itu juga,” kenang Hanifah.
Impian terbesarnya saat ini adalah, bisa membawa sang ibu yang sudah lanjut usia menapaki Tanah Suci, minimal umrah. Dia tidak tahu tantangan keuangannya ke depan bakal seperti apa, meski demikian, komitmen dalam menabung emas menurutnya upaya menyepuh asa, mengukir impian yang lebih besar bersama Pegadaian Syariah.
Dia juga berpesan kepada generasi muda, khususnya Gen Z, untuk segera melek keuangan. Langkah pertama adalah mencatat dan mengevaluasi pengeluaran. “Kebocoran itulah yang sangat potensial untuk ditabung dalam bentuk emas digital,” tegasnya.
Sebagai nasabah hampir satu dekade, ia berharap sosialisasi “Pegadaian mengEMASkan Indonesia” digencarkan ke kampus-kampus dan kalangan pegawai baru.
“Banyak mahasiswa dapat uang lebih dari freelance, atau ASN baru yang ‘kalap’, mereka perlu dibekali literasi. Menabung emas bisa mulai dari Rp 10 ribuan,” saran Hanifah.
Dukungan Layanan dan Pertumbuhan Signifikan
Dukungan untuk geliat menabung emas ini dibuktikan dengan kehadiran kuat Pegadaian Syariah di Aceh.
Deputi Bisnis PT Pegadaian Syariah Kantor Area Aceh, Joko Prasetyo mengungkapkan, sebanyak 62 outlet pelayanan dengan 9 cabang syariah telah tersebar di seluruh Aceh, kemudian 5 Unit Pelayanan Keliling di wilayah blank spot.
Pertumbuhan bisnis digital juga melesat. Hingga 2025, tercatat 73.294 pengguna aplikasi digital Pegadaian Syariah di Aceh, atau meningkat 44 persen dari tahun 2023. “Sehingga total aset Pegadaian di Aceh per 21 September 2025 sebesar Rp 1,1 triliun,” sebut Joko di Banda Aceh, Senin (22/9/2025).
Di luar produk tabungan emas dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Syariah, Pegadaian juga aktif membina UMKM dan nelayan melalui program tanggung jawab sosial seperti Dana Kebijakan Umat (DKU) dan GadePreneur. “GadePreneur menjadi wadah untuk mendorong kemandirian dan pengembangan UMKM,” kata Joko.
Semangat meningkatkan pelayanan pun terus dilakukan, salah satunya dengan kolaborasi atau MoU bersama Bank Aceh Syariah (BAS).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.