Opini

Kebijakan Pembangunan Aceh dan Realita Implementasi Lapangan

Syariat harus lebih ditunjukkan dalam pembangunan sistem pendidikan yang unggul dan

Editor: Ansari Hasyim
IST
Prof. Dr. Apridar, S.E., M. Si, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USK dan Ketua Dewan Pakar ICMI Orwil Aceh 

Kedua penguatan kapasitas dan integritas aparatur. Pelatihan bagi aparatur tidak hanya soal teknis administrasi pembangunan, tetapi juga tentang pemahaman filosofi syariat yang rahmatan lil 'alamin dalam konteks pemerintahan. Penguatan nilai integritas (amanah) dan anti-korupsi adalah bagian tak terpisahkan dari penegakan syariat.

Ketiga partisipasi publik yang inklusif. Sosialisasi kebijakan harus berbentuk dialog, bukan monolog. Masyarakat, termasuk perempuan dan kelompok marjinal, harus dilibatkan secara aktif dalam perencanaan dan pengawasan pembangunan. Ini sejalan dengan prinsip syura (musyawarah) dalam Islam.

Keempat sistem monitoring dan evaluasi yang berbasis outcome: Monev tidak boleh hanya mengejar output, seperti jumlah operasi razia. Tetapi harus fokus pada outcome: apakah kemiskinan berkurang? Apakah angka stunting turun? Apakah keadilan sosial semakin terwujud? Indikator keberhasilan pembangunan berbasis syariat harus diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia Aceh secara nyata.

Syariat sebagai Jiwa, Bukan Hanya Simbol

Implementasi kebijakan pembangunan di Aceh adalah sebuah ujian besar. Ia menguji apakah syariat Islam mampu menjadi kekuatan transformatif yang tidak hanya mengatur cara berpakaian dan berperilaku, tetapi lebih mendalam lagi, mampu membangun peradaban yang adil, makmur, dan bermartabat. Saat ini, seringkali yang terjadi adalah ketegangan: syariat hadir lebih kuat sebagai identitas simbolik, sementara pembangunan berjalan dalam logika teknisnya sendiri.

Untuk itu, dibutuhkan keberanian para "penerjemah" kebijakan di Aceh mulai dari gubernur hingga kepala gampong untuk tidak hanya paham teks qanun, tetapi juga menghayati jiwa dan tujuan syariat. 

Dengan mengedepankan keadilan, transparansi, dan kesejahteraan untuk semua sebagai esensi dari syariat, maka jarak antara ekspektasi mulia di Banda Aceh dan realita yang berdebu di lapangan dapat dipersempit. Hanya dengan demikian, syariat Islam akan benar-benar menjadi rahmat bagi seluruh alam, termasuk di tanah Serambi Mekah ini.

 

 

 

 

 

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved