Mihrab
Meneladani Nabi dalam Seni Berturur Kata, Tgk Burhanuddin: Kalau Umat Tidak Mampu, Lebih Baik Diam
Tgk Burhanuddin menekankan pentingnya memperkuat kualitas berbicara, baik bagi orang tua, guru, dosen, maupun tokoh masyarakat.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Ansari Hasyim
Meneladani Nabi dalam Seni Berturur Kata, Tgk Burhanuddin: Kalau Umat Tidak Mampu, Lebih Baik Diam
SERAMBINEWS.COM - Kemampuan berbicara bukan sekadar bawaan lahir, melainkan perpaduan antara ilmu, keterampilan, seni, pengalaman, keteladanan, dan jiwa yang menjiwai ucapan.
Bicara yang baik bukan hanya dibutuhkan oleh guru, dosen, atau ustaz, tetapi juga menjadi keharusan bagi setiap kita.
Sebab, setiap kata yang keluar dari lisan mampu memengaruhi orang lain, baik dalam bentuk pelajaran maupun provokasi.
Pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Tgk Burhanuddin SPdI MA mengatakan, banyak percakapan di warung kopi, sekolah, bahkan dunia maya kini lebih bernuansa provokasi ketimbang pembelajaran.
“Anak-anak dan masyarakat kita sering kali mengonsumsi pembicaraan yang tidak bermanfaat. Inilah tantangan kita bersama, terutama di era ‘seleb medsos’ yang begitu masif,” ujarnya, Kamis (11/9/2025).
Tgk Burhanuddin menekankan pentingnya memperkuat kualitas berbicara, baik bagi orang tua, guru, dosen, maupun tokoh masyarakat.
Hal ini, katanya, sejalan dengan momentum bulan Maulid Nabi Muhammad SAW yang menjadi kesempatan untuk meneladani akhlak Rasulullah, termasuk dalam cara berbicara.
Dalam banyak riwayat, tutur Rasulullah selalu lemah lembut, jelas, penuh makna, serta mampu menggugah hati lawan bicara.
Beliau tidak hanya menyampaikan kebenaran, tetapi juga memperhatikan pilihan kata, intonasi, hingga ekspresi wajah yang menenangkan.
“Tentu kemampuan itulah yang sejati dapat kita kembangkan dalam kualitas kita dalam setiap pembicaraan, baik itu interaksi di rumah, keluarga maupun masyarakat,"
"Terlebih siapapun yang kini memili kpengikut di medsos, maka dalam berbicara teruslah belajar untuk memperbaiki kualitas dari pembicarannya itu,” jelasnya.
Terkait hal itu, Tgk Burhanuddin mengingatkan empat hal penting yang bisa dipelajari dari Nabi Muhammad SAW.
Pertama yang perlu diperhatikan ketika berbicara adalah, memastikan sesuatu yang akan dibicarakan itu memiliki nilai kebaikan.
Sebagaimana dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda “barangsiapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam” (HR Bukhari).
Hadis ini terdapat pesan mendalam yang memiliki keterkaitan denga aspek keimanan dengan isi yang dibicarakan.
Menurut Penguasuh Mata Kuliah Umum (MKU) Pendidikan Agama Universitas Syiah Kuala (USK) ini, lisan merupakan bagian vital yang jika salah digunakan lebih berbahaya daripada pedang.
“Maka Nabi mengingatkan untuk menggunakannya dengan baik, jika tidak mampu menggunakannya dengan baik, maka pilihannya lebih baik diam,” ujarnya.
Kedua, lanjut Tgk Burhanuddin, kata yang baik mestilah disampaikan dengan pilihan cara dan tempat yang baik pula serta memiliki tujuan yang baik.
Betapa banyak kekeliruan terjadi, ketika seseorang berbicara dengan kata baik, tujuan yang baik, namun disalahpahami karean cara dan tempat berbicara yang kurang tepat, atau bahkan salah cara dan tempat penyampainnya.
“Sehingga maksud dari sesuatu pembicaraan mengalami bias dan menyimpang. Faktor-faktor tersebut terjadi karena perbedaan lahjah, emosi, budaya dan pengetahuan lawan bicaranya,"
"Dalam konteks ini, dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa nabi bersabad “khatibunnas ‘ala qadri ‘uqulihim’ (berbicaralah kepada manusia sesuai dengan qadar ilmunya”,” ujarnya.
Ketiga, sambung Tgk Burhanuddin, memperhatikan dan mempertimbangkan aspek kesantunan, etika, moral dan akhlak, yaitu ketika berbicara dengan orang tua, anak-anak dan pejabat.
Hal yang paling disadari adalah anak-anak akan meniru pembicaraan orang tuanya.
Maka untuk membentuk ekulibrum komunikasi yang baik mestilah dimulai dari orang tua dalam berbicara dengan penuh kelembutan, ketenangan dan keramahtamahan.
“Karena itu anak-anak akan mendapatkan teladan bagi mereka tentang nilai-nilai yang baik dan beretika dalam berbicara. Dimana banyak anak belajar dari orang yang lebih tua dari mereka,” imbuh Guru Pendidikan Informatika dan Komunikasi di SMAN 16 Kota Banda Aceh ini.
Lalu keempat, berbicaralah dengan penuh kejiwaan, tentunya akan mempengruhi jiwa dan pesan yang mendalam kepada lawan bicaranya.
Banyak riwayat menyebutkan bahwa Rasulullah SAW berbicara dengan penuh kelembutan, namun juga bisa bersikap tegas, hingga selalu mendahulukan salam.
“Nabi tidak pernah berteriak di keramaian, beliau memaafkan mereka yang berbuat buruk kepadanya,"
"Semoga kita dapat meneladani pesan-pesan yang telah sebutkan tersebut, semoga kualitas pembicaraan generasi kita dimasa depan lebih baik,” pungkasnya. (ar)
Baca dan Ikuti Berita Serambinews.com di GOOGLE NEWS
Bergabunglah Bersama Kami di Saluran WhatsApp SERAMBINEWS.COM
Khutbah Jumat - Meneladani Akhlak Mulia Rasulullah sebagai Jalan Menuju Kesempurnaan Iman |
![]() |
---|
Maulid Nabi di Hari Kemuliaan, Ini Daftar Khatib dan Imam Salat Jumat di Aceh Besar 5 September 2025 |
![]() |
---|
Salat Jumat di Hari Kelahiran Nabi, Ini Daftar Khatib dan Imam Jumat di Banda Aceh 5 September 2025 |
![]() |
---|
Maulid Nabi di Hari Jumat, Ini Daftar Khatib dan Imam Shalat Jumat di Aceh Barat 5 September 2025 |
![]() |
---|
Ini Khatib dan Imam Shalat Jumat di Kota Sabang Besok, 29 Agustus 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.