Demo Tambang Rusuh

Aksi demo yang dilancarkan aktivis Hamas (Himpunan Mahasiswa Aceh Selatan) ke Kantor Gubernur Aceh, Rabu (12/10) berujung rusuh

Editor: bakri
Demo Tambang Rusuh - 131011foto.14_.jpg
Demonstran dari Himpunan Mahasiswa Aceh Selatan (Hamas) yang menuntut ditutupnya aktifitas pertambangan di Aceh Selatan menggelar aksi di depan Kantor Gubernur Aceh, Rabu (12/10). Dalam aksi tersebut sempat terjadi ketegangan antara pengunjukrasa dan aparat keamanan. SERAMBI/BUDI FATRIA
Demo Tambang Rusuh - 131011foto.15_.jpg
Demonstran dari Himpunan Mahasiswa Aceh Selatan (Hamas) yang menuntut ditutupnya aktifitas pertambangan di Aceh Selatan menggelar aksi di depan Kantor Gubernur Aceh, Rabu (12/10). Dalam aksi tersebut sempat terjadi ketegangan antara pengunjukrasa dan aparat keamanan. SERAMBI/BUDI FATRIA
Demo Tambang Rusuh - 131011foto.16_.jpg
Demonstran dari Himpunan Mahasiswa Aceh Selatan (Hamas) yang menuntut ditutupnya aktifitas pertambangan di Aceh Selatan menggelar aksi di depan Kantor Gubernur Aceh, Rabu (12/10). Dalam aksi tersebut sempat terjadi ketegangan antara pengunjukrasa dan aparat keamanan. SERAMBI/BUDI FATRIA
BANDA ACEH - Aksi demo yang dilancarkan aktivis Hamas (Himpunan Mahasiswa Aceh Selatan) ke Kantor Gubernur Aceh, Rabu (12/10) berujung rusuh ketika polisi menghadang demonstran yang berusaha  masuk ke dalam kantor. Bentrok fisik, pelemparan, dan kejar-kejaran  mewarnai aksi tersebut.

Massa Hamas yang berjumlah sekitar 70 orang tiba di Kantor Gubernur Aceh sekitar pukul 10.00 WIB. Setelah memarkirkan kendaraan (umumnya sepeda motor) dengan tertib di pinggiran jalan utama depan Kantor Gubernur, massa diizinkan masuk ke pekarangan kantor untuk berorasi secara damai.

Pada awalnya aksi berlangsung aman-aman saja ditandai dengan penyampaian orasi secara bergantian oleh aktivis Hamas. Intinya mereka mendesak Gubernur Aceh mencabut semua izin tambang dan membatalkan kebijakan tukar guling di Kabupaten Aceh Selatan. Karena menurut Hamas, hingga kini operasional usaha penambangan masih terus berlangsung dan sering memunculkan konflik sosial.

Semakin siang, suasana yang semula kondusif berangsur memanas dan cenderung tak terkendali. Massa mulai ada yang mengeluarkan kata-kata makian terhadap pribadi gubernur maupun stafnya serta aparat keamanan. Massa juga mulai membakar ban sehingga memunculkan kobaran api yang cukup besar.

Meski mulai memanas, aparat kepolisian lebih memilih diam namun tetap siaga. Polisi juga berusaha memadamkan kobaran api yang kian membesar.

Selepas zuhur atau sekitar pukul 14.20 WIB, suasana bertambah panas ketika massa berusaha masuk ke ruangan kantor. Gelagat tak menguntungkan ini langsung dihadang oleh polisi sehingga aksi saling dorong dan adu fisik tak terhindarkan.

Pertahanan pagar betis yang dilakukan polisi berusaha didobrak oleh demonstran. Entah bagaimana, tiba-tiba seorang demonstran bernama Kafrawi terluka di bagian dahi sehingga mengucurkan darah segar. Rekan-rekannya segera melarikan Kafrawi ke RSU Zainoel Abidin yang hanya terpaut beberapa ratus meter dari kantor gubernur.

Meski ada yang terluka tetapi aksi belum berhenti. Aktivis Hamas yang tak terima rekannya terluka, semakin beringas sehingga melempari polisi dengan batu dan kemasan air mineral. Polisi berhasil memecah konsentrasi massa dan menghalau demonstran hingga ke luar pekarangan kantor gubernur.

Ketika sudah di luar pekarangan kantor gubernur, massa Hamas masih tetap melakukan perlawanan dengan melakukan pelemparan batu dan benda-benda lainnya ke arah polisi. Bahkan sejumlah tanaman penghijauan (asam jawa) di median jalan protokol tersebut ikut menjadi korban.

Emosi massa Hamas yang tak terkendali karena menganggap aparat keamanan menghalang-halangi maksud mereka menemui Gubernur Aceh berhasil ditenangkan setelah perwakilan mereka bernegosiasi dengan polisi. Menjelang ashar, massa Hamas membubarkan diri dan berjanji akan kembali lagi, Kamis (13/10).

Seorang perwira polisi yang ikut mengawal aksi demo tersebut mengatakan, pada dasarnya izin yang diberikan hanya sampai pukul 14.00 WIB. Tapi polisi memberikan toleransi kepada massa untuk berorasi di pekarangan kantor gubernur karena berjanji tidak akan anarkis. “Ketika terjadi aksi anarkis ditandai dengan penyerangan terhadap personel, siapapun tidak akan tinggal diam. Meski demikian polisi tetap melakukan tugas sesuai dengan protap yang telah digariskan,” kata perwira polisi dari Polresta Banda Aceh tersebut.(mir)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved