Opini

Idul Fitri dan Keberagaman

RAMADHAN yang baru saja berlalu memberikan pembelajaran yang sangat luar biasa bagi kita. Manusia diorientasikan untuk menahan hawa nafsu

Editor: bakri
Oleh Juanda Djamal

RAMADHAN yang baru saja berlalu memberikan pembelajaran yang sangat luar biasa bagi kita. Manusia diorientasikan untuk menahan hawa nafsu untuk mensucikan dirinya dari segala perbuatan negatif sesuai yang dilarang dalam ketentuan Islam. Ramadhan juga mengajari manusia menjadi khalifah untuk menumbuhkan interaksi sesama manusia secara damai, menghormati perbedaan dan menyelesaikan perselisihan melalui musyawarah.

Hikmah Ramadhan yang disucikan pada hari raya Idul Fitri tahun ini menjadi momentum refleksi bagi masyarakat Aceh. Tujuh tahun perdamaian Helsinki, kita masih menghadapi tantangan besar dalam membangun tatanan sosial dan politik Aceh yang mampu membawa masyarakatnya masuk dalam peradaban modern dengan tetap menjadikan budaya Aceh yang kental dengan nilai-nilai Islam dalam perilaku hidup.

Kebesaran Aceh tidak lepas dari pengaruh kebudayaan yang mendunia. Keberagaman etnis, agama dan kelompok di Aceh menjadikan Aceh sebagai kawasan yang terbuka dan jauh dari konflik sosial (horizontal). Masyarakat yang heterogen tersebut menjadi kekuatan dalam menghadapi setiap pengaruh yang datang dari luar, maka gerakan perlawanan Aceh-Jakarta sudah dua kali muncul paska kemerdekaan RI yang disebabkan oleh dominasi eksternal.

Idul Fitri 1433 H
Idul Fitri 1433 H merupakan momentum paling tepat dalam mereorientasikan kekuatan internal menjadi kapital pembangunan. Idul Fitri 1433 H yang bertepatan dengan tujuh tahun perjanjian perdamaian Helsinki dapat dijadikan milestone oleh pemerintah Aceh untuk memobilisasi keberagaman semua kelompok sosial dan politik menuju cita-cita bersama dalam membangun peradaban modern di kawasan Asia Tenggara ini.

Cita-cita tersebut dapat menjadi jalan keluar atas perkembangan kebudayaan Aceh yang berkembang secara stagnant dan cenderung destruktif. Mentalitas yang tumbuh semasa konflik, friksi dan ego kelompok yang disampaikan melalui bahasanya masing-masing masih mewarnai masa kini Aceh dan cenderung memperkuat perbedaan yang muncul, keadaan tersebut sewaktu-waktu dapat berujung pada konflik baru.

Pemerintah Aceh dapat memanfaatkan Idul Fitri sebagai media yang strategis karena semua kelompok memiliki semangat fitrah untuk menapaki masa depan Aceh secara bersama-sama. Gubernur Zaini Abdullah dan Wakil Gubernur Muzakkir Manaf sebagai pemimpin baru Aceh dapat mengunjungi dan mengajak kelompok-kelompok sosial dan politik untuk duduk bersama, berhalal bil halal, dan bersilaturrahmi serta mengumpulkan berbagai masukan yang bisa menyelesaikan kontradiksi internal Aceh, bersepakat bersama memperkuat kekuatan demi mempengaruhi berbagai potensi eksternal dalam membangun Aceh yang maju.

Pemimpin Aceh yang baru dapat mengelola kekuatan mayoritas sebagai kekuatan pembangunan yang menempatkan idealisme dan materialisme sebagai dua paham yang dapat mempercepat kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Aceh. Egosentrik yang ada pada mayoritas harus dikelola dengan baik guna memanfaatkan keberadaan minoritas sebagai kekuatan pendukung dalam memperkuat tatanan sosial, budaya, ekonomi maupun politik Aceh.

Keberagaman

Aceh identik dengan Islam, oleh karena itu kekuatan mayoritas dapat dipergunakan oleh semua kepentingan ekonomi dan politik demi memperoleh maupun menjaga kekuasaannya, isu minoritas juga tidak luput dari pemanfaatan yang demikian.

Pemerintah Aceh mesti memiliki desain relasi dan interaksi sosial yang jelas atas keberagaman etnis, agama dan budaya di Aceh. Karena beberapa peristiwa yang terjadi di tingkat nasional dan regional sangat mempengaruhi perkembangan atas penghormatan dan penghargaan pada kelompok yang beragam tersebut. Apalagi mentalitas kekuatan mayoritas di Aceh masih sangat labil dan mudah dipengaruhi oleh kekuatan yang ingin melihat kedamaian Aceh menjadi gagal.

Beberapa peristiwa sudah terjadi seperti peristiwa Aceh Singkil dan Banda Aceh, apalagi pengaruh isu keberagaman nasional semakin memprihatinkan, ditambah lagi keadaan politik di Myanmar yang mencitrakan terjadinya pembantaian etnis Rohingya yang beragama Islam.

Semangat Idul Fitri, seyogianya menjadikan umat Islam kembali ke fitrah dan merefleksikan kesuciannya untuk memperkuat nilai-nilai Islam yang penuh toleran, menghormati kemanusiaan, dan membangun hegemoni Islam melalui sikap dan perilaku yang dapat menciptakan ketertarikan masyarakat dunia atas Islam. Karena pergerakan Islam yang ekstrem dalam pergerakan global saat ini semakin menjebak umat Islam dalam skenario kapital global yang menempatkan umat Islam larut dalam idealisme semu, sedangkan komplotan kapital global terus mengeruk keuntungan ekonomi demi memperkokoh kerajaan bisnisnya.

Sebagai masyarakat yang rasional, kita mesti mengetahui bahwasanya semua agama menghendaki kebenaran dan kebaikan pada umatnya. Pengalaman di Kupang yang mayoritas Kristen, pascagesekan antara Kristen dan Islam pada akhir 1990-an semakin menciptakan kebutuhan kekuatan mayoritas pada minoritas, sehingga Idul Fitri 1433 H ini umat Kristen di sana membantu Muslim supaya khusyuk dan aman dalam merayakan Idul Fitri. Mereka berpartisipasi dalam beragam bentuk, menjaga parkir dan bahkan menjamin pasokan makanan cukup pada perayaan idul Fritri. Begitu pula di Papua, Sulawesi, dan Maluku, terus berupaya menciptakan kerukunan antara mayoritas dan minoritas baik dari sisi perbedaan etnis maupun agama.

Akhirnya, penulis sangat mengharapkan kepada masyarakat Aceh untuk bisa menyaring berbagai pernyataan-pernyataan yang provokatif oleh siapapun karena pernyataan yang demikian secara tidak sadar menjebakkan kita semua dalam konflik yang tidak berujung. Mari kita mulai mempersiapkan pengetahuan kita tentang Islam secara kuat supaya kita dapat mematahkan berbagai kepentingan kelompok yang menjerumuskan kita dalam lingkaran konflik, karena mereka juga tidak sadar bahwa idealismenya sedang disetirkan oleh kelompok kapital global yang sedang memperkokoh kerajaan bisnisnya.

* Juanda Djamal, Sekjen Konsorsium Aceh Baru. Email: joe.ougex@gmail.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved