Dua Anggota DPRK Aceh Utara Adu Jotos
Dua anggota DPRK Aceh Utara, Faisal Fahmi dan Khaidir Abdurrahman, terlibat adu jotos di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
* Gara-gara Tempat Rapat Dipindah
LHOKSUKON – Dua anggota DPRK Aceh Utara, Faisal Fahmi dan Khaidir Abdurrahman, terlibat adu jotos di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) setempat, Kamis (12/9) sekitar pukul 22.30 WIB.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Serambi, Jumat (13/9), adu jotos itu berawal ketika Faisal Fahmi datang ke kantor Bappeda dan memrotes jalannya rapat yang dihadiri sebagian Panitia Anggaran (Panggar) DPRK dengan Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) Aceh Utara yang digelar di kantor itu.
Seharusnya, rapat tersebut digelar di Ruang Rapat Paripurna DPRK Aceh Utara pukul 20.00 WIB. Tapi karena dialihkan secara diam-diam, Faisal yang politisi PKS itu memprotes dengan cara meninju dua piring kaca. Kedua piring itu pecah dan jari manis tangan kanan Faisal terluka kena beling.
Setelah itu, Faisal pun ke luar ruang rapat. Tak disadarinya ternyata dari belakang datang Khaidir, anggota DPRK dari Fraksi Partai Aceh (PA). Faisal mengaku kepalanya dipukul Khaidir, tapi saat dikonfirmasi terpisah, Khaidir mengaku tak memukul, kecuali sekadar menenangkan emosi Faisal.
Tapi perkelahian pun terjadi. Sejumlah peserta rapat berupaya melerai, sehingga duel itu tak berkepanjangan.
Kisruh menjelang tengah malam itu, berawal saat Faisal bersama sekitar sepuluh dari 21 anggota Panggar DPRK Aceh Utara menunggu rapat dilaksanakan di gedung DPRK setempat. Namun, rapat itu gagal terlaksana, karena tak dihadiri TAPD. Belakangan diketahui, sebagian anggota Panggar ternyata menggelar rapat dengan TAPD di Bappeda.
“Tapi kita tak diberi tahu ada rapat di sana. Saya nyatakan itu rapat ilegal. Makanya, saya datangi dan protes,” aku Faisal.
Menurut Faisal, Khaidir memukulnya dari belakang. “Maka wajar saya melawan.”
Faisal ingin lembaga legislatif itu tertib pada aturan. Jika terjadi perubahan jadwal rapat, maka seharusnya diberitahukan kepada seluruh anggota Panggar Dewan. Bukan dengan diam-diam menggelar rapat di tempat lain, tanpa diketahui semua anggota Panggar. “Jika diam-diam menggelar rapat, sepertinya ada yang sengaja disembunyikan. Namun, saya tak tahu apa yang mereka sembunyikan,” terang Faisal.
Kabarnya, dari Panggar DPRK Aceh Utara yang hadir rapat di Bappeda itu adalah Tgk Junaidi, Ridwan Yunus SH, Azhari Cage, Khaidir, Amiruddin B, dan Abdul Muthalib. Sedangkan dari TAPD, hadir Plt Sekda Isa Anshari, para kadis dan asisten Setdakab Aceh Utara.
Bantah memukul
Khaidir yang merupakan Ketua Komisi B DPRK Aceh Utara menyatakan dirinya tidak memukul Faisal. “Bahwa saya terlibat perdebatan lisan dengan Faisal, itu memang benar. Tapi kalau sampai memukul itu tidak benar. Saya datangi dia, saya pegang tangannya untuk memenangkan emosinya, karena dia memang sedang emosi,” terang Khaidir.
Rapat pendapatan
Wakil Ketua DPRK Aceh Utara, Abdul Muthalib menyebutkan rapat di Bappeda itu membahas tentang pendapatan dari sektor bagi hasil migas yang diterima kabupaten itu tahun ini. “Rapat itu dihadiri seluruh ketua komisi, seluruh ketua fraksi, dan saya mewakili pimpinan DPRK.” Pihak DPRK, menurut Abdul Muthalib, saat itu hanya ingin mendengar hasil konsultasi TAPD yang baru pulang dari Jakarta tentang bagaimana bagi hasil migas Aceh Utara tahun ini, setelah itu akan dibawa ke rapat di DPRK malam itu juga.
Menurutnya, tujuan rapat itu agar lebih fokus dan cepat selesai sebelum materi rapat disetujui oleh seluruh panitia anggaran. “Jadi, rapat di Bappeda itu bukan forum pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan tetap dilakukan dalam rapat seluruh anggota Panggar,” demikian Abdul Muthalib. (c46)