Wawancara

Munawar Liza Zainal: Kita tidak Merasa Berkhianat

Berbagai liku sejarah telah tertorehkan melintasi semangat para pejuangnya.

Editor: Faisal Zamzami
Munawar Liza Zainal 

Wawancara:
Munawar Liza Zainal: Kita tidak Merasa Berkhianat

Rabu 4 Desember 2013 atau 37 tahun lalu Gerakan Aceh Merdeka (GAM) resmi dideklarasikan sebagai sebuah gerakan perlawanan di perbukitan Halimon kawasan Kabupaten Pidie pada 4 Desember 1976. Berbagai liku sejarah telah tertorehkan melintasi semangat para pejuangnya. Lantas bagaimanakah mereka yang terlibat dalam gerakan ini melihat GAM yang Rabu (4/12/2013) hari ini genap berusia 37 tahun? Berikut wartawan Serambinews.com, Ansari mewawancarai mantan Deputi Juru Bicara GAM di Swedia yang juga mantan Wali Kota Sabang, Munawar Liza Zainal di sela-sela peringatan Milad GAM di Kompleks Makam Syiah Kuala, Desa Deyah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Berikut petikannya.

Pada 37 tahun lalu GAM dideklarasikan. Di momen Milad GAM ke 37 hari ini apa yang Anda rasakan?
Hari ini adalah kita berdoa bersama, kepada syuhada dan santunan untuk anak yatim. Kenapa di sini kita adakan, karena Tgk Syiah Kuala adalah ulama, ulama yang memberi penerangan kepada kita, ulama yang membuka mata rakyat Aceh. Maka kita ingin mengambil ruh perjuangan Tgk Syiah Kuala, bahwa beliau adalah ulama yang membuat rakyat Aceh pintar. Pejuang dulu, termasuk juga Tgk Hasan Muhammad di Tiro membuat rakyat Aceh pintar, dan membangunkan rakyat Aceh. Jadi pada momen Milad GAM kali ini spiritnya kita ambil. Ini salah satu dari inti peringatan milad.
Ini juga pelajaran kita ke depan. Ke depan dalam berjuang kita harus berjuang untuk kemaslahatan orang banyak. Jadi kita belajar dari pejuang dulu. Mereka ikhlas berjuang untuk kesejahteraan kita. Jadi apapun orginisasi kita, apapun kelompok dan partai, kita sama sama mencoba membangun Aceh menjadi Aceh milik bersama, dan tidak terbagi dalam kelompok-kelompok.

Dalam konteks perjuangan yang di gagas GAM, bahwa ada penyatuan rakyat Aceh secara global. Tapi faktanya saat ini mulai muncul fiksi-fiksi. Apa pendapat Anda?
Takkala kita niatnya untuk mencerdaskan rakyat, membuat rakyat sejarahtera, maka semua akan bersatu. Maksudnya hatinya pasti akan bersatu. Namun tatkala ada kelompok yang niatnya lain, maka pasti akan kelihatan. Jadi ini adalah spirit yang terbangun dari dulu. Bahwa kita bekerja ikhlas untuk semua, kita harus menjadikan perjuangan itu untuk kepentingan orang banyak, bukan untuk satu dua orang saja.

Apakah ada upaya untuk melahirkan rekonsiliasi dengan rekan-rekan seperjuangan dulu?
Saya belum bisa menanggapi masalah itu. Dari kawan kawan yang saya ketahui ada Tgk Nur Djuli, mantan perunding, ada Sofyan Daud dengan semua mantan panglima (GAM) yang ada, kawan-kawan yang bergerak di  berbagai partai yang ada kita semua sepakat, yang kita perjuangkan itu untuk kepentingan rakyat Aceh. Kemudian yang kita inginkan adalah untuk kebaikan rakyat Aceh. Maka kita tidak merasa berkhianat kepada orang lain tatkala kita berjalan sesuai dengan garis itu. Berbeda partai itu silahkan. Tapi rakyat Aceh itu harus damai, tenang aman. Ini seruan kita kepada semua partai politik yang ada.

Artinya apakah akan ada rekonsiliasi?
Bukan rekonsiliasi. Kita mengajak, menyerukan mari saudara-saudara sekalian dulu semasa dalam perjuangan GAM bekerja ikhlas untuk kepentingan rakyat, maka sekarang kita juga bekerja ikhlas untuk kepentingan rakyat Aceh.

Kalau tidak dipersatukan bagaimana bisa terjadi?
Bersatu itu kan relatif. Bisa bersatu dalam kelompok partai, ini susah diluruskan. Terserah partai mana, kelompok mana. Yang pertama dia ikhlas bekerja untuk rakyat Aceh. Kedua mencerdaskan rakyat Aceh agar mereka bisa mandiri hidup dan.

Sebagai mantan pejuang GAM di Swedia apa yang paling subtansial yang ingin Anda sampaikan ke masyarakat pada Milad kali ini?
Yang paling subtansial adalah selama ini rakyat hidup dalam mederita, hidup dalam tekanan, hidup dalam ketakutan, hidup tidak merdeka. Harapan saya kemerdekaan itu diberikan kepada rakyat Aceh dalam artian bebas dari segala ketakutan. Bebas dari segala intimidasi. Jadi mereka bisa memilih dengan tenang. Ini kan sesuai dengan syariat Islam. Jadi kita ingin orang Aceh hidup dalam Islam, berislam dengan baik, meskipun ada perbedaan-perbedaan. Jadi itulah keindahannya. (Ansari Hasyim)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved