Tembakan Udin Pelor di Kota Puisi
Tak lupa ia menutup puisinya dengan cara khas, bergaya mengambil pistol di pinggang, lalu menembak ke atas.
Penulis: Zainal Arifin M Nur | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Aksi seniman gaek Mahyuddin alias Udin Pelor memeriahkan acara Kota Puisi di Taman Wisata Uleelheue, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, Minggu (1/11/2015) sore.
Seniman yang selalu tampil nyentrik ini membaca puisi berjudul “Siapakah Aku”. Gaya kocak pria kelahiran Peusangan, Bireuen, 6 Juni 1945, beberapa kali membuat peserta lain tertawa terbahak-bahak.
Tak lupa ia menutup puisinya dengan cara khas, bergaya mengambil pistol di pinggang, lalu menembak ke atas. Suara tembakan yang ke luar dari mulut Udin Pelor bukan “dor”, melainkan “Tjhiu”.
Penonton pun kembali tertawa.
Selain Udin Pelor, acara yang digagas oleh pegiat budaya Thayeb Loh Angen ini juga dihadiri oleh sejumlah seniman ternama terlihat LK Ara, Sulaiman Juned beserta anaknya yang juga pegiat seni.
Turut pula hadir maestro musik atau guru sekolah Musik Moritza Thaher, Udin Pelor, Muhrain, Herman RN, Rahmi Soraya dan FLP Aceh dan Banda Aceh, Zul Kirbi, Yudi Kurnia, Ibrahim Sembiring, dan lainnya.
Total, tercatat 30 orang yang menandatangani daftar hadir dan semuanya ikut membaca puisi. Sebagian besar membaca puisi hasil karya sendiri.
“Saya tidak menyangka akan hadir handai taulan lebih dari dua puluh orang, sebagian merka pun senior seniman yang telah punya nama di tingkat Aceh dan nusantara,” kata Perancang acara Kota Puisi, Thayeb Loh Angen.
Thayeb yang penulis buku Teuntra Atom dan novel Aceh 2025 ini mengatakan, selesai acara, hadirin bermusyarawah tentang bentuk acara ke depan sebagai format baku.
Para penyair sepakat, acara dilaksanakan dua atau satu kali saja dalam sebulan, mengingat waktu dan kesiapan peserta.
“Kita sepakat Kota Puisi sebagai nama acara, tempat acara boleh berpindah-pindah, akan membawa pengeras suara sebagai persiapan mengatasi bising lingkungan, memakai spanduk resmi, dan sebagainya,” kata Thayeb yang merupakan pengurus Sekolah Hamzah Fansuri (SHF).
Thayeb mengatakan, tujuan Kota Puisi adalah untuk mengenalkan seni terutama sastra, khususnya puisi kepada masyarakat luas langsung di tempat mereka berkumpul.
“Apabila Tuhan menguzinkan acara Kota Puisi terus berlangsung, insya Allah, kita akan merasa hidup di negara yang berperadaban tinggi. Kepanitiaan acara ini dibantu oleh rekan-rekan di Sekolah Hamzah Fansuri, dan Muhrain. Walaupun begitu acara ini tidak atas nama SHF. Ini milik masyarakat seni, masyarakat sastra dan puisi,” kata Thayeb.(*)