Balita Gizi Buruk Kritis Di RSUD Langsa

Namanya Sugianto. Usianya 5 tahun. Sedianya, bocah seumuranya sedang senang-senangnya bermain

Editor: bakri
Sugianto (5) yang kini alami masa kritis setelah gizi buruk dideritanya semakin memburuk, didampingi ibundnaya, Swiyah, sejak Rabu (20/9) hingg kini di rawat di ruang PICCU RSUD Langsa. ?Foto direkam Jumat (22/9) malam.SERAMBI/ZUBIR 

LANGSA - Namanya Sugianto. Usianya 5 tahun. Sedianya, bocah seumuranya sedang senang-senangnya bermain. Tapi tidak begitu dengan Sugianto. Sejak Rabu (20/9, ia terbaring dengan kondisi kritis di ruang PICCU RSUD Langsa. Gizi buruk yang dialaminya sejak lahir itu, kini semakin parah.

Sugianto merupakan anak dari Sawiyah (38), janda warga Desa Alue Punti, Kecamatan Rantau Seulamat, yang merupakan desa pedalaman di Kabupaten Aceh Timur. Ia tidak bisa berharap banyak dari orang tuanya, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan di desa tempat tinggalnya.

Sedangkan ayahnya, Samsul Bahri, sejak bercerai dengan Sawiyah, terkesan tak mau peduli lagi pada kondisi darah dagingnya itu. Padahal, Samsul Bahri tinggal di desa yang sama (Alue Punti). Selama ini, Sugianto dan Sawiyah tinggal digubuk sempit 3x3 meter, beratap daun rumbia dan berdinding papan lapuk.

Sawiyah kini dilanda kekhawatiran mendalam, bukan hanya karena kondisi anaknya yang sakit parah, namun juga karena dokter di RSUD Langsa menyarankan ia harus membawa anaknya berobat ke RSUZA Banda Aceh atau rumah sakit di Medan. “Mustahil saya bisa membawa anak saya ke Banda Aceh atau Medan. Sebab, saya sama sekali tak punya uang untuk mendampinginya selama dalam perawatan,” katanya sedih.

Karena selama ini, pekerjaan sebagai buruh pembersih kebun yang berpenghasilan Rp 20.000 sehari, bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.

Menurut petugas medis RSUD Langsa kepada Serambi, Jumat (22/9) malam, saat Sugianto dibawa ke RSUD Langsa pada Rabu (20/9) lalu, kondisi anak penderita gizi buruk ini sempat koma atau tak sadarkan diri, sehingga dokter mengarahkan agar anak ini langsung dirawat di Ruang PICCU.

Setelah berapa hari terakhir mendapat perawatan khusus di Ruang PICCU yang ditangani oleh dokter ahli anak, dr Febi, kondisi Sugianto mulai membaik. Walaupun di tubuhnya masih dipasangi infus dan alat kontrol detak jantung, dan selang oksigen di hidungnya.

“Waktu pertama dibawa ke sini, anak ini mengalami koma. Sehingga harus dipasangi oksigen penutup di bagian hidung dan mulut. Namun kondisinya kini sudah mendingan, bahkan oksigen penutup mulut sudah diganti dengan oksigen selang yang dimasukan ke hidung,” kata seorang petugas di ruang PICCU.

Kepada Serambi, Sawiyah bercerita awal mula gejala sakit anaknya hingga diketahui bahwa Sugianto mengalami gizi buruk. “Sejak lahir Sugianto sudah terlihat tidak normal, karena berat badannya tidak senormal anak-anak lainnya,” kata Sawiyah.

Karena daerah mereka tinggal jauh (50 Km) dari pusat kecamatan, ditambah kondisi jalan tanah berlumpur yang tak bisa dilalui jika hujan. Ia pun jarang memeriksakan anaknya ke Puskesmas terdekat. Apalagi kondisi ekonomi ibunya juga pas-pasan hanya untuk makan. Sehingga gizi buruk diderita bocah ini pun semakin parah.

“Sehari-hari saya mencari kerja dengan menawarkan upah bekerja membersihkan kebun warga, dengan ongkos Rp 10 ribu-Rp 20 ribu per hari. Sehingga hanya cukup untuk beli beras dan lauk,” ujarnya.

Karena Sugianto sakit dan tak mungkin ditinggal di rumah seorang diri, Sawiyah pun terpaksa menggendong Sugianto saat bekerja membersihkan kebun. Selama ini ibu dan anak ini berjuang keras untuk bertahan hidup, ditambah derita gizi buruk yang dialami Sugianto.

“Tahun lalu (2016-red), Sugianto sempat sakit parah dan dibawa ke RSUD Zubir Mahmud di Idi, Aceh Timur. Saat kondisinya sedikit membaik setelah beberapa hari dirawat, saya minta pulang karena kehabisan uang dan saya harus bekerja untuk makan sehari-hari,” sebutnya.

Namun pada Rabu (20/9) lalu, kondisi kesehatan Sugianto semakin memburuk dan bocah malang ini pingsan, tak sadarkan diri. Hari itu juga, Sawiyah membawa Sugianto ke Puskesmas Rantau Seulamat dibantu warga, dan kemudian dirujuk ke RSUD Langsa.

Saat ini Sawiyah seorang diri menjaga Sugianto di rumah sakit, tanpa biaya hidup dan kebutuhan mengurus pengobatan anaknya. Sehingga dari wajahnya, Sawiyah terlihat sangat depresi karena harus menanggung beban berat ini seorang diri. Ia pun terus berjaga sepanjang siang dan malam, yang membuat kondisi fisiknya menurun.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved