Keluhan Warga Pijay: Ho ka Irwandi? Neuci Ngieng Jalan Kamoe Sigo-go, Bek Neujak Roet Ateuh Sabe

“Apa menunggu pilih Gubernur mendatang baru diperbaiki, kata seorang warga Meurahdua dengan nada kesal.

Penulis: Abdullah Gani | Editor: Yusmadi
Ist
Jalan retak akibat gempa di Pidie Jaya. 

Laporan Abdullah Gani | Pidie Jaya

SERAMBINEWS.COM, MEUREUDU – Sepanjang satu kilometer lebih ruas jalan provinsi di Pidie Jaya masih mengalami kerusakan akibat gempa yang terjadi di penghujung Desember 2016 dan tak kunjung diperbaiki.

Kondisi jalan yang sudah dikeruk lalu ditaburi batu dibiarkan telantar sehingga mengganggu pengguna jalan. Terlebih lagi jika menggunakan kendaraan roda dua (sepmor) kerap nyaris mengundang maut. Karenanya, warga mendesak dinas terkait agar tidak “tutup mata.”

Ruas jalan yang rusak terbelah akibat gempa bumi ditemui di beberapa titik. Antara lain, jalan dari Keude Pangwa Kecamatan Trienggadeng hingga Desa Rhieng Krueng Kecamatan Meureudu.

Dari ujung jembatan Keude Meureudu hingga Simpang Empat Gampong Beuringen/Meunasah Jurong Kecamatan Meurahdua.

(Baca: Jalan Rusak Parah)

Di kawasan tersebut ratusan meter badan jalan yang dikeruk dan ditaburi batu pecah pasca gempa bumi agak sulit dilintasi dan pada saat cuaca terik warga terpaksa harus “menghirup debu”.    

Di beberapa titik lainnya juga sama dan pengguna jalan mengeluh bahkan terkadang sempat mengeluarkan kata-kata yang kurang enak didengar.

Seperti halnya jalan yang berada di dua ujung jembatan Krueng Pangwa yang menghubungkan Desa Rhieng Krueng Meureudu dengan Gampong Dayah Pangwa Trienggadeng.

Kedua pangkal jembatan agak sulit dilintasi baik dengan mobil maupun kendaraan roda dua.  Konon lagi, kondisi jembatan Pangwa kini nyaris terpungging ke sungai.

Pemandangan serupa juga terlihat pada salah satu ujung jembatan Krueng Meureudu. Sedikit saja lengah bisa jadi maut mengintainya.

Betapa tidak, semua badan jalan yang semula terbelah akibat gempa bumi, kini dikeruk untuk menghilangkan bentukan alur pada jalan dimaksud, lalu ditambal batu pecah.

Kondisi demikian tak jarang mengundang mala petaka bagi pengendara. Selain batunya beterbarbangan tergilas ban kendaraan juga berakibat ban sepmor kempes terkena batu runcing.

Kendati kini sudah lebih setahun gempa bumi, namun jalan rusak belum juga ada tanda-tanda untuk ditangani. Sedihnya lagi saat cuaca panas dan kendaraan lalu lalang, warga terpaksa harus menghirup debu.

Seperti halnya rute dari Meureudu ke Simpang Empat Gampong Beuringen Meurahdua sepanjang kurang lebih satu kilometer. Karenanya, warga berharap perhatian pemerintah.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved