Opini

Imunisasi Difteri dan Hak Asuh Anak

IMUNISASI adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh

Editor: hasyim
SERAMBI /NUR NIHAYATI
MURID SD 1 Lampoh Saka, Kecamatan Peukan Baro, Pidie disuntik Imunisasi difteri di sekolah itu, Selasa (14/11). 

Oleh Mayasari

IMUNISASI adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh, agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya.

Tujuan dari pemberian suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkanbisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, TBC, dan lain sebagainya.

Belakangan ini, penyakit difteri menjadi ramai diperbincangkan publik, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Jose Rizal Latief Batubara, menjelaskan bahwa difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diftheriae yang menular dan sangat berbahaya. Difteri jika tidak diobati dengan cepat dan tepat akan menimbulkan beberapa komplikasi yang berpotensi mengancam jiwa.

Ada beberapa cara penularan yang harus diwaspadai, yaitu terhirup percikan ludah penderita di udara saat bersin atau batuk, barang yang sudah terkontaminasi oleh bakteri, dan sentuhan langsung pada luka borok akibat difteri di kulit penderita.

Faktor resiko terjadinya difteri meliputi lokasi tempat tinggal, tidak mendapat vaksinasi difteri terbaru, memiliki gangguan imun, lokasi tempat tinggal yang kurang higienis. Cara terbaik mencegah difteri adalah dengan vaksin. Di Indonesia vaksin difteri biasanya diberikan lewat imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 5 kali, yaitu pada usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan dan usia 4-6 tahun.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, Muhammad Subuh menyebutkan 66% dari jumlah prevalensi difteri tidak melakukan imunisasi, kemudian 31% melakukan imunisasi tetapi tak sampai tahap final. Padahal, untuk bisa terbebas dari difteri setidaknya individu harus mendapatkan tiga kali imunisasi. Sementara sisanya yang sebesar 3% telah mendapatkan imunisasi lengkap.

Direktur Surveilans dan Karantina Kementerian Kesehatan RI, Jane Soepardi menjelaskan sejak 1990-an, kasus difteri di Indonesia ini sudah hampir tidak ada, baru muncul lagi pada 2009. Pemerintah kemudian menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu apabila ditemukan 1 kasus difteri klinis dinyatakan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).

Bukan penyakit baru
Difteri sebenarnya merupakan penyakit lama yang sudah ada vaksin penangkalnya yang disebut vaksin DPT. Jadi sebenarnya bukan penyakit baru, penyakit lama harusnya sudah hilang dengan vaksinasi, tapi karena ada kelompok-kelompok antivaksinasi, sehingga semakin banyak anak yang tidak diimunisasi.

Menurut WHO (World Health Organization) tercatat ada 7.097 kasus difteri yang dilaporkan seluruh dunia pada 2016. Di antara angka tersebut, Indonesia turut menyumbang 342 kasus.

Sejak 2011, KLB untuk kasus difteri menjadi masalah di Indonesia. Tercatat 3.353 kasus difteri dilaporkan dari 2011 sampai 2016 dan angka ini menempatkan Indonesia menjadi urutan ke-2 setelah India dengan jumlah kasus difteri terbanyak. Dari 3.353 orang yang menderita difteri, 110 di antaranya meninggal dunia. Hampir 90% dari orang yang terinfeksi, tidak memiliki riwayat imunisasi difteri yang lengkap.

Pada Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016, jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap adalah sebesar 4.337.411 atau 91,1% dari total bayi di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan sampai dengan November 2017, ada 95 kabupaten/kota dari 20 provinsi yang melaporkan kasus difteri. Secara keseluruhan terdapat 622 kasus, 32 di antaranya meninggal dunia.

Selama 2017 lalu, kasus penderita difteri di Aceh meningkat tajam, sehingga ditetapkan secara Nasional menjadi KLB dengan pasien difteri mencapai 93 kasus. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Aceh, kasus difteri di Aceh berjumlah 93 kasus, di mana empat di antaranya meninggal dunia akibat terjangkit bakteri difteri. Kasus ini meningkat tajam dibandingkan 2016 yang hanya ditemukan 11 kasus pasien yang terjangkit bakteri difteri di Aceh.

Kementerian Kesehatan RI berharap dengan dilakukannya imunisasi ulang atau ORI (Outbreak Response Immunization) dapat mencakup 95% sasaran imunisasi. Sebab cakupan imunisasi sebesar 90-95% akan menguatkan kekebalan kelompok, sehingga menurunkan risiko kemunculan atau penularan difteri.

Antivaksin adalah sebuah gerakan atau paham beberapa orang tua yang menolak anaknya untuk divaksinasi. Di dunia ini paham antivaksin tersebar luas dengan berbagai daerah. memiliki alasannya masing-masing mulai dari mempercayai bisa sebabkan autisme, kemandulan, terbuat dari babi hingga konspirasi. Hal tersebut sudah sering dibantah oleh para ahli kesehatan, namun tetap saja paham antivaksin terus berkembang.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved