Pupuk Langka di Sejumlah Daerah
Para petani padi di Aceh kini kesulitan mendapatkan pupuk urea bersubsidi di kios-kois resmi pengecernya
* Produksi Padi Menurun
BANDA ACEH - Para petani padi di Aceh kini kesulitan mendapatkan pupuk urea bersubsidi di kios-kois resmi pengecernya di kecamatan. Hal itu terjadi di Banda Aceh, Aceh Besar, Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, juga Aceh Barat Daya (Abdya).
Sementara itu, menurut pihak Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, pihaknya sudah menerbitkan surat keputusan (SK) pembagian kuota pupuk subsidi yang diberikan pusat 75.420 ton kepada kabupaten/kota pada 3 Januari 2018.
“Kami juga jadi heran, kuota pupuk urea bersubsidi tahun ini 75.420 ton, itu sudah dibagi ke kabupaten/kota secara proporsional, Tapi kenapa di kios-kios pengecer resmi pupuk bersubsidi tidak ada pupuk bersubsidi,” kata Kadis Pertanian dan Perkebunan Aceh, Hasanuddin Darjo melalui Kabid Produksi, Mukhlis, kepada Serambi di Banda Aceh, Kamis (25/1).
Mukhlis mengatakan, kewenangan untuk mendistribusikan pupuk urea bersubsidi itu ada pada PT PIM, sedangkan untuk jenis pupuk subsidi di luar urea, ada pada PT Petro Kimia. Peran Distanbun Aceh dalam penyaluran pupuk hanyalah menerbitkan SK pembagian kuota pupuk urea bersubsidi kepada kabupaten/kota.
Kabid Produksi Distanbun Aceh, Mukhlis mengatakan, kelangkaan pupuk subsidi itu, tak boleh dibiarkan terlalu lama, karena ia bisa menjadi ancaman besar bagi upaya peningkatan produksi padi. Produksi dan produktivitas tanaman padi bisa menurun drastis, akibat tidak tepat waktu melakukan pemupukan. Dampak negatif dari menurunnya produksi dan produktivitas, target produksi gabah 2018 sekitar 2,5 juta ton, tidak tercapai. Kalau tidak tercapai, maka ketahanan pangan Aceh jadi lemah.
Dampak lain bagi petani, kata Mukhlis, pendapatan petani padi akan menurun drastis. Mereka kehilangan pendapatan yang cukup besar. Akibat tidak melakukan pemupukan tepat waktu, produksi, dan produktivitas tanaman padi bisa menurun. Pada tahun lalu karena tepat waktu melakukan pemupukan, produktivitas padinya bisa mencapai diatas 5 ton/ha, tapi pada musim panen rendeng tahun 2018 ini bisa turun 3,5-4 ton/ha. Kehilangan dan penurunan produktivitas tanaman padi 1-1,5 ton itu telah membuat petani kehilangan pendapatan dan rugi besar. Seandainya harga gabah pada masa panen Rp 5.000/kg, dikali dengan 1 ton (1.000 kg), maka petani padi bisa kehilangan pendapatan Rp 5 juta-Rp 7,5 juta/ha.
Akibat kehilangan pendapatan sebesar itu, lanjut Mukhlis, nilai tukar petani terus merosot di bawah 100. Kondisi ini, bisa membuat jumlah petani yang miskin di Aceh bertambah banyak.
Habisnya stok pupuk bersubsidi jenis urea, SP-36, ZA, dan NPK Phonska di seluruh kios pengecer resmi di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) sejak beberapa pekan terakhir, belum juga teratasi hingga Kamis (25/1).
Ribuan petani setempat ‘menjerit’ karena tanaman padi musim tanam (MT) rendengan 2017/2018 sangat butuh pemupukan.
Pantauan Serambi kemarin, stok berbagai jenis pupuk itu habis total di seluruh kios pengecer resmi kawasan Pasar Blangpidie. Misalnya, di kios UD Cahaya Tani, Bunga Tani, Delima Tani, dan Tani Makmur. Stok pupuk bersubsidi juga tidak tersedia pada kios pengecer resmi di kecamatan-kecamatan.
Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Abdya, Muslim Hasan mengakui, kondidi habisnya stok pupuk bersubsidi di kios-kios pengecer resmi itu sangat meresahkan petani.
Di tengah krisis itu untunglah, “PT Meuligoe Raya selaku distributor pupuk urea sudah menyatakan dalam pekan ini sanggup menyalurkan 300 ton urea,” kata Muslim Hasan.
Sementara itu, Abdul Salam, warga Desa Alue Krak Kayei Kecamatan Langkahan, Aceh Utara, kepada Serambi
menyebutkan, warga di kawasannya sekarang sedang membutuhkan pupuk, terutama urea. Namun, sampai sekarang mereka tak bisa mendapatkan pupuk, sehingga warga terpaksa membeli pupuk nonsubsidi, meskipun harganya lebih mahal dari pupuk subsidi.