Target Presiden Jokowi tak Tercapai Dalam Pertumbuhan Kredit 2017, Ini Alasannya

Lantas, apa yang membuat pertumbuhan kredit tidak sesuai target yang ditetapkan pemerintah bersama dengan perbankan?

Editor: Muhammad Hadi
Saat ini pertumbuhan kredit rumah ukuran 70 meter persegi dan kredit pemilikan apartemen (KPA) terus meningkat tidak hanya di Jakarta, melainkan juga di kota-kota lain(M Latief/KOMPAS.com) 

SERAMBINEWS.COM - Presiden Joko Widodo menyinggung tentang pertumbuhan kredit tahun 2017 yang tak sesuai dengan perkiraannya pada rentang 9 hingga 12 persen per tahun.

Tingkat pertumbuhan kredit tahun 2017 tercatat hanya sebesar 8,24 persen.

Lantas, apa yang membuat pertumbuhan kredit tidak sesuai target yang ditetapkan pemerintah bersama dengan perbankan?

Baca: Pengamat Politik: Lawan Kotak Kosong di Pilpres 2019, Jokowi Belum Tentu Menang Meski Calon Tunggal

Baca: PDIP Dekati Oposisi Cari Calon Pendamping Jokowi, Gerindra Ingin 2 Orang Ini Jadi Cawapres Prabowo

Baca: Fadli Zon: Lucu, Jokowi Tak Mau Teken UU MD3, Presiden Kok Tidak Konsisten

Vice President Economist PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menyebut faktor pertama adalah perbankan masih melakukan konsolidasi serta tingginya undisbursed loan atau pinjaman yang tak dicairkan sepanjang 2017.

"Masih lemahnya permintaan kredit perbankan terindikasi dari pertumbuhan undisbursed loan pada akhir tahun 2017 yang mencapai 8 persen dari akhir tahun 2016 yang hanya 6,9 persen," kata Josua saat dihubungi Kompas.com pada Sabtu (17/3/2018).

Menurut Josua, data tersebut memperlihatkan bahwa ekspansi yang dilakukan pelaku usaha di sektor riil masih rendah.

Baca: Peneliti LIPI: Calon Alternatif Jadi Tantangan Jokowi dan Prabowo di Pilpres 2019

Baca: Resmi Dilantik Presiden Jokowi Sebagai Kepala BNN Baru, Ini Rekam Jejak Heru Winarko

Baca: Politisi PAN: Jokowi Bisa Dikalahkan Seperti Ahok dalam Pilpres 2019

Selain itu, untuk tingkat risiko kredit juga cukup tinggi khususnya pada bank Buku I dan II, terlepas dari terbatasnya permintaan kredit sebagai dampak dari kondisi sektor riil.

"Kondisi likuiditas yang tidak meratapun juga merefleksikan ekspektasi pertumbuhan kredit yang tidak merata," ucap dia.

Secara terpisah, Chief Economist Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengatakan, perlambatan tingkat pertumbuhan kredit tidak hanya dari sisi perbankan yang tidak berani mengambil risiko, tapi karena demand atau permintaan kredit yang rendah.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved